43. Empat Tiga

69.8K 11.6K 190
                                    

Cahya ingin melayang begitu saja ketika mendengar pengakuan Rival di tengah lapangan basket. Jiwa bapernya sudah di ujung ubun-ubun, bahkan ia sudah jatuh cinta terlalu dalam pada cowok tengil itu.

Cahya tak menyangka Rival akan bertindak senekat itu. Teriakan histeris dari cewek-cewek bahkan masih terdengar. Suasana tribun riuh karena seorang Rival si playboy cap kardus memuji terang-terangan satu orang cewek. Mereka semua bisa melihat tatapan tulus dari Rival saat mengatakan itu.

Detik ini juga cewek-cewek yang sering dimanfaatkan untuk ladang pembayaran bagi Rival patah hati secara bersama.

Mata Genta menatap tajam Rival yang masih memperhatikan Cahya dengan cengar-cengir.

"Woi anjengg! Liat si Genta mau bunuh lo lewat tatapan!" beritahu Lego khawatir. Oh iya. Ketiganya sudah memakai kaosnya kembali, mereka tidak mau kulitnya menjadi gosong karena terlalu lama terpapar matahari.

Rival langsung menoleh kaget melihat raut wajah Genta seperti akan menerkamnya. "Ada apa? Konmuk lo bikin gue ngeri."

"Lo tau apa resikonya?!" geram Genta. Di SMA nya ini masih banyak yang menjunjung tinggi pembullyan, apalagi Rival termasuk seleb di sini, banyak cewek yang menggilainya. Ditambah perilaku Rival yang genit dan suka dekat dengan cewek lain demi untuk kelancaran tratirannya. Genta takut nantinya cewek-cewek fans Rival yang fanatik akan membully Cahya.

"Lo mau dikeroyok gengnya Ellgar sama ditebas pedang Om Bumi?" tanya Genta lagi membuat Rival terdiam. "Fans lo banyak, Val. Sampe Cahya ada apa-apa atau dibully, gue abisin lo."

Lego dan Gilang terdiam membisu melihat pertikaian itu.

"Lo suka sama cewek gue?" sarkas Rival melihat kekhawatiran di wajah Genta.

Genta menggeleng tegas. "Ellgar temen gue juga. Kalo lo buat ulah, dampaknya sampe ke gue."

"Bener juga, sih." Rival terkekeh pelan lalu menepuk punggung Genta dua kali. "Santai, lo nggak liat apa kalo gue itu perisai terkuatnya Cahya. Nggak ada yang berani mereka."

"Gue pegang omongan lo."

Genta langsung mengangkat satu tangannya menyuruh seluruh tribun untuk diam. Matanya menyorot orang-orang yang sekelas dengannya.

"SEBELAS IPS SATU!!" seru Genta keras meneriakkan nama kelasnya. Teriakan gemuruh dari manusia-manusia penghuni kelas XI IPS 1 menyahut Genta semangat.

"WE DID IT!" seru Genta dengan keras.

Teriakan langsung riuh ketika mendengar Genta mengatakan itu dengan tegasnya. Kelas Rival berbahagia dengan kemenangan timnya walaupun hanya antar kelas. Bahagia mereka sesederhana itu.

"Genta caffer," cetus Rival.

"Itu bukan caffer, itu mempesona namanya," sahut Gilang.

"Bener-bener lu ye kayanya dendam banget sama gue." Rival melenguh kesal.

"Ayo sini yang mau foto!" ajak Lego berteriak. Dengan hitungan detik lapangan menjadi ramai. Orang-orang sudah berbaur dengan Tim Rival untuk berfoto bersama.

"EITSSS KALO SAMA GUE NGGAK GRATIS!" canda Rival lalu cengengesan. "Minimal seratus ribu satu jepretan."

"Dasar kaum miskinable," hina Genta. Walaupun Genta orang yang cuek, tapi dia selalu welcome dengan siapa saja yang mau foto.

Rival cengengesan ketika tahu masih banyak orang yang ingin berfoto dengannya walaupun tadi sudah dipatahkan hatinya.

"Wah, kayanya gue harus berterimakasih sama Papa Reynald, karena udah ngelahirin anak seganteng ini," gumam Rival lalu tersenyum ketika diajak foto oleh cewek-cewek.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now