55. Lima lima

80.4K 12.3K 1K
                                    

Happy reading ❤️

"Kamu kena pelet anak saya, ya? Atau mata kamu agak rabun kah?" tanya Reynald memastikan.

Bu Ani tertawa mendengar pertanyaan Reynald. Sedangkan Rival sudah emosi bukan main. Papanya ini benar-benar harus diberi hukuman oleh Mama Killa.

Cahya merespon dengan tersenyum canggung. "Mata saya normal kok, Om."

"Ah, masa? Barangkali rabun? Saya khawatir soalnya. Cewek kaya kamu bisa-bisanya tertarik sama si tengil ini," ujar Reynald sambil melirik sekilas ke arah Rival.

"OH YA JELAS TERTARIK. RIVAL GANTENG."

"Masih gantengan Papa," ujar Reynald sombong.

"Ganteng Rival!"

"Papa ganteng segala aspek. Dompet ganteng, wajah juga ganteng, kelakuannya juga ganteng. Lihatlah bertapa sempurnanya Papamu ini, Val." Reynald mengoceh sombong. Benar-benar membuat Rival malu.

"Jangan didengerin, hoax semua itu, Cay," hasut Rival sambil berbisik.

Reynald tak memperdulikannya. Mata lelaki itu masih tetap menatap intens Cahya. "Kamu ... beneran nggak rabun?" tanya Reynald memastikan lagi. Seolah masih tak percaya ada yang menyukai anaknya.

Cahya menggeleng pelan.

"Oh, berarti kamu kena pelet." Reynald manggut-manggut lalu langsung menoleh ke arah Rival. "Berdukun di mana kamu? Cepat sadarin Cahya! Kasian, takut ketularan hawa negatif kamu."

"Astaga, Papa!" Rival jelas tak terima. Pesonanya sudah membahana tapi disangka menggunakan pelet.

"Atau kamu masang susuk?" tebak Reynald lagi dengan mata memicing curiga.

"Nggak, Pa!"

Reynald berdecak kesal lalu beralih menatap Cahya. "Jadi kamu ya yang sering marahin Rival?"

Cahya sedikit kaget tapi langsung menormalkan ekspresinya. Ia menjawab dengan anggukan pelan sambil tersenyum kikuk.

"Jangan dimarahin," titah Reynald membuat semuanya mengernyit bingung. Terlebih Cahya yang sudah dag-dig-dug luar biasa. Takut Reynald tak terima anaknya ia marahi.

"Sekalian pukul lah atau gampar kalo dia bandel. Dimarahin doang mana mempan. Telinganya Rival mendadak budeg kalo lagi diceramahin."

Rival menghela napasnya lelah. Tidak sesuai ekspektasi. Memang Papanya ini tidak ada akhlak.

"Kayanya gue bener-bener anak poengot," lirih Rival sedih.

"Memang. Papa mungut kamu di kandang kambing."

"BENERAN PA?!"

"Nggak. Becanda," ujar Reynald dengan muka datar.

"Syukur deh." Rival mengelus dadanya atas rasa syukur.

Reynald menatap Cahya lagi. Cewek ini benar-benar cantik.

"Pa, matanya dijaga. Mama Killa punya rudal banyak soalnya," ucap Rival mengingatkan.

Reynald tetap tak peduli. Cahya salah tingkah sendiri ditatap seintens itu oleh calon mertua. Ternyata, ia dipanggil ke ruang BK hanya karena ini.

"Cahya ... sebelum terlambat semoga kamu cepet-cepet sadar, ya. Kamu terlalu Masyaallah buat anak saya yang Astagfirullah," ceramah Reynald dramatis. Benar-benar menyayangkan cewek secantik ini dekat dengan anaknya.

"Anak saya itu kelakuannya nakal parah."

Cahya menggeleng pelan. "Kadang kalem kok, Om."

Rival salting. Telinganya memerah bahkan mukanya juga ikut memerah. Bibirnya berkedut ingin tersenyum.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now