10. Sepuluh

92.8K 14.8K 912
                                    

Cahya tertawa jahat ketika melihat postingan barunya bersama Kenzo. Lihat saja pasti nanti ada setan yang panas.

"Lo putus, Cay?" tanya Sasa yang diangguki oleh Cahya.

"Hah?!"

Cahya berdecak. "Iya gue putus."

"Nggak tipu-tipu kah?"

Cahya memutar bola matanya malas.

"Ya nggak lah. Lo pikir gue segabut itu sampe nipu lo?"

"Kok putus, sih?"

"Ya udah mungkin garis takdirnya gitu. Gue malah bisa ngejar si Genta."

Sasa menggelengkan kepalanya pelan tak habis pikir. Bagaimana cewek ini bisa sesantai ini ketika putus. Tak ada drama alay nangis-nangis malah ingin mencari cowok baru.

"Impresif ...."

Cahya memejamkan matanya sambil menangkupkan kedua tangannya berdoa.

"Ya Tuhan ... kalo Rival bukan jodoh gue, temennya juga sabi lah. Abisnya keren sekaligus kaya juga. Namanya Genta."

"Gila lo!" semprot Sasa.

Tanpa diduga, Rival datang langsung menyelonong duduk di depan Cahya. Cowok itu tanpa rasa bersalah tersenyum sok manis.

"Ape lo?!" sentak Cahya memalingkan wajahnya.

Raut Rival langsung berubah datar. "Hapus!"

"Apanya yang dihapus?!"

"Postingan lo sama si tukang ojek caffer itu."

Nah kan benar. Ada setan yang kepanasan.

Dahi Cahya mengernyit heran. "Terserah gue lah. Kita kan udah putus."

"Ya kan tapi---"

"Apa?!" Cahya ngegas. "Faktanya lo mutusin gue. Sekarang kenapa caper ke sini!"

Rival diam melihat Cahya mengomel. Ia mengamati wajah mantannya, seperti ada yang berbeda. Tadi pagi, cewek itu belum make up tapi sekarang mengapa wajahnya sudah dipoles. Jujur, Cahya lebih cantik make up seperti ini. Tapi Rival tidak suka demi apapun.

"Lo make up?"

"Iyalah. Lo pikir Sela sama Mega doang yang bisa make up hah?!"

"Bedak lo ketebelan!" geram Rival bohong. Padahal make up Cahya tipis, tapi sengaja Rival ingin membuat cewek itu malu dan menghapusnya.

"Bedak gue aja tebel, masa dompet lo tipis?" balas Cahya ngawur sambil memasang muka menjengkelkan.

Rival berdecak.

"Bibir lo juga kemerahan kaya abis makan darah! Hapus nggak?!"

"Bibir gue aja merah, masa duit lo cuman ijo?"

"SILAU!!"

"APA RIVAL?!

"GEMES PEN BANTING!"

Rival langsung keluar dengan muka kesal.

Cahya tertawa lepas lalu menatap Sasa. "Liat aja, Sa. Dia nanti nggak bisa hidup tanpa gue."

Cahya bermain Instagram lagi. Ia scroll beranda. Matanya membelalak ketika Sela mengunggah kebersamaannya dengan Rival. Cahya tahu foto ini, foto yang diambil sebelum Rival berpacaran dengannya. Tapi kenapa mengunggahnya sekarang?!

Cahya dibuat kaget lagi melihat Rival komen, Gue ganteng banget gila! Ditambah emot love kretek.

Cahya langsung mematikan ponselnya kesal. Baru kali ini cowok itu komentar di postingan cewek selain dirinya. Posisi Cahya seperti terganti.

"Kenapa lo?" tanya Sasa penasaran.

Cahya menggeleng tanda tidak pa-pa. Sasa mengangguk lalu lanjut membaca novel romance-nya.

"Sa!"

"Apa?"

"Kok Rival nggak ngajak balikan gue sih?!"

"Semerdeka lo aja, dah, Cay. Gue males."

****

Rival menyandarkan Ducati nya di depan rumah Cahya. Tangannya menenteng berbagai camilan untuk sogokan, agar cewek itu mau balikan.

Belum sampai mengetuk pintu, wajah menyebalkan Guntur---abang Cahya terlihat. Kini keduanya berhadapan langsung.

"Maaf nggak terima pengemis di rumah ini!" sinis lelaki berkulit sawo matang itu. Wajahnya tampan sih, tapi masih tampan Rival jauh.

"Heh Guntur a.k.a gledek! Jangan maen-maen lo sama gue!" Rival ngegas. Bukannya tidak sopan, ia kan hampir seumuran jadi sah-sah saja berbacot.

Guntur tak peduli, ia fokus melihat paper bag yang dibawa oleh Rival. "Bawa apa lo?"

"Bawa boom! Mau ngeboom muke lo!" sentak Rival. "Minggir, gue mau ketemu Cahya."

"Lo kan udah putus. Jadi nggak ada hak buat ketemu sama Cahya."

"Ya makanya gue mau pdkt an lagi. Lo minggir makanya."

"Apa ya yang bisa gue keruk dari lo?" pikir Guntur. Ia harus mengambil keuntungan dari cowok-cowok yang ingin menemui adiknya.

"Duit tapi tampang lo gembel, keknya nggak punya. Tuh camilan juga kayanya ngutang. Ducati itu, kayanya hasil colongan. Jam tangan rolex, keknya yang KW," oceh Guntur sambil menilai Rival dari atas sampai bawah.

"ASTAGA MULUT LO GLEDEK! MINTA DICABEIN!" Rival histeris. Sampai kapan orang-orang tidak percaya bahwa dirinya itu kaya. Demi apapun dia sudah lelah disangka gembel.

"Abang kenapa sih kok teriak-teriak?!" Cahya mengomel dari dalam.

"MANTAN GEMBEL LO KE SINI NIH."

"Suruh pulang, Bang. Cahya males, rumah ini nggak nerima mantan."

Guntur menyeringai. "Noh dengerin!"

"SILAU GUE BAWA CAMILAN NIH!" teriak Rival memancing agar Cahya keluar.

Benar saja. Cahya langsung keluar. Cewek itu cengengesan. "Mana? Bawa sini!"

"Giliran gini aja keluar lo."

Guntur malas melihat drama. Lebih baik ia masuk ke dalam. Cahya melihat Rival sinis.

"Bawa sini. Terus sana pulang!"

"Anjerr lo ngusir gue?"

"Iya. Kita kan udah mantan."

"Ya udah balikan biar jadi pacar lagi." Demi apapun sebenarnya Rival malu mengatakan ini. Tapi hidupnya terasa kurang jika tak ada bacotan Cahya.

"Ck! Males banget." Cahya langsung mengambil paper bag berisi camilan itu. "Lo mau balikan sama gue?"

"Sebenernya juga males sih. Tapi karena gue kasihan, kalo lo nanti jadi jomblo ngenes. Ya udah mau."

Cahya berdecih sinis. "Kalo mau balikan sama gue. Bawain bunga Kamboja dari kuburan langsung ambilnya pas malem. Baru gue terima ajakan balikan lo."

Setelah mengatakan itu Cahya langsung menutup pintunya keras.

Rival memejamkan matanya berusaha untuk sabar dan tidak mengumpat.

"Sekarang gimana? Kalo lawannya manusia macem Kevin atau Kenzo gue masih berani," gumam Rival putus asa, ia berbicara sendiri.

"Lawan gue kali ini mahluk halus, nggak bisa gue tendang." Rival bermonolog. Ia bimbang.

Rival bergidik ngeri. "Kuburan, gila aja gue ke sana minta Kamboja. Bisa-bisa pingsan gue nyampe sana."

Ternyata sesusah ini mengajak balikan Cahya. Lebih baik ia membelikan rumah mewah dan Lamborghini daripada disuruh ke kuburan untuk meminta bunga Kamboja.

****

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now