20. Dua Puluh

83.8K 13.3K 650
                                    

"Cahya!!" Teriakan cempreng Sasa selalu mengganggu telinga. Cewek itu pasti memberikan kabar tentang Rival.

"Sekarang, apa lagi?" tanya Cahya dengan nada lelah. Ia sedang enak-enak membaca novel malah diganggu.

"Lo dipanggil sama ibu kantin," beritahu Sasa.

"Hah?! Kenapa?!" kaget Cahya. Ia kira tentang Rival.

"Nggak tau. Lo dipanggil tuh."

Cahya langsung bangkit dan menuju ke arah kantin. Dalam perjalanan, batinnya terus bertanya. Apa urusan ibu kantin dengannya.

Cahya sampai lalu menyapa ibu kantin itu dengan ramah. "Ada apa, ya, Bu?"

Bu Wati menyengir lalu menyerahkan gulungan kertas putih. Cahya langsung menerimanya dan membukanya. Ketika dibuka, kertas berisi goresan pena itu begitu panjang.

"Apa, nih?" Cahya kebingungan. Di situ banyak catatan nama sekaligus harga makanan dan minuman berbagai merk.

"Itu hutang Den Rival."

Cahya melongo. Sebanyak ini hutangnya. "Terus hubungannya sama saya apa ya, Bu?"

"Rival kan pacar Non Cahya. Kata Den Rival suruh nagih ke Non Cahya." Bu Wati bertutur lembut dan sopan.

Cahya memaki Rival dalam hati. Cowok itu selalu punya cara untuk membuat kesal dirinya. Total ada lima ratus ribu hutang Rival, bagi Cahya, nominal itu begitu besar.

Cahya mengeluarkan dompetnya. Dengan terpaksa, ia membayar hutang Rival. Malu ditagih seperti ini.

"Ini, ya, Bu." Cahya memberikan lima lembar uang seratus ribuan.

"Nama Rival diblacklist aja, Bu. Kalo mau utang jangan dibolehin." Cahya berkata itu untuk jaga-jaga. Besar kemungkinan Rival menghutang lagi.

"Tapi katanya dia orang kaya, Non."

"Aduh, Ibu! Muka Rival itu muka gembel. Dia juga miskinable. Jangan percaya."

Bu Wati mengangguk saja. Cahya tersenyum lalu mengucapkan terima kasih. Kemudian ia beranjak pergi. Sepanjang perjalanan menuju kelas tak hentinya merapalkan mantra kebencian untuk Rival. Manusia itu ... benar-benar menyebalkan.

Cahya duduk dengan muka tertekuk dalam kelas. Sasa yang melihat itu langsung penasaran.

"Kenapa lo?"

"Gue benci setengah mampus sama Rival!" geram Cahya sambil mengepalkan tangannya.

"Kenapa emangnya?" selidik Sasa penasaran. Sepertinya Cahya benar-benar kesal saat ini.

Cahya menarik napas dahulu sebelum bercerita. "Lo tau nggak?! Dia ngutang ke Bu Wati banyak banget. Yang suruh bayar gue! Gila nggak tuh! Gedeg gue!" oceh Cahya dengan ekspresi marah.

Sasa tertawa ngakak. Kasihan sekali Cahya mendapatkan cowok seperti Rival.

Cahya langsung membuka ponselnya untuk mengirimi pesan WhatsApp manusia menyebalkan itu. Rivalgembels sedang online.

Anda

Gue bener-bener mau bunuh lo, Val! PAMAKSUD LO YANG NGUTANG GUE YANG BAYAR HAH. SINI LO AYO RIBUT!

Rivalgembels

Astaga Cahya. Jangan esmosi. Gue siap lo bunuh cepet. As4l Bunuh aqu pak4i Cintamoeh

Anda
BODO AMAT! GUE GEDEG PUNYA PACAR KEK LO. GARA-GARA LO UANG LIMA RATUS RIBU GUE ANGUS.

Rivalgembels

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now