23. Dua Tiga

79K 13.1K 511
                                    

Sepanjang perjalanan, Rival menggerutu. Ini semua gara-gara Guntur! Ia harus menggunakan motor beat bututnya lagi untuk ke mana-mana. Bahkan ke sekolah sekalipun. Sebentar lagi, pasti banyak hujatan yang terlontar.

Rival memasuki gerbang sekolah lalu menuju parkir. Keberuntungan sedang tidak ada di pihaknya. Ketiga temannya sudah stand by di parkir. Siap-siap Rival akan dihujat kemiskinannya.

"Wah ... Ducati lo mana, Val?" tanya Lego dengan nada mengejek.

"Tuh kan apa gue bilang. Rival pake Ducati kalo nggak maling, ya rental." Dengan santainya Gilang mengatakan itu.

Rival tersenyum tabah. Tidak pa-pa. Sudah biasa dihujat.

"Mana Ducati lo?" tanya Genta serius. Ia sedikit kaget Rival mengendarai motor beat lagi. Ditambah dengan plaster yang menempel di jidatnya.

"Gue rongsokin!" balas Rival jengkel.

"Lo kemaren pake Ducati biar keliatan orang kaya, ya?" cetus Lego tak berperasaan.

Emang gue kaya woii!

"Rival pake Ducati tuh buat ngegaet cewek," ralat Gilang.

Rival menatap malas keduanya. "Udah ngehujatnya?"

Keduanya kompak menggeleng. Mereka belum puas.

"Kenapa lo balik jadi miskinable?" tanya Gilang.

"Gue lagi males jadi orang kaya. Nanti lo semua pada ngutang."

"HALAH BACOT."

"Lo bertiga jangan sampe gue kick dari dunia ya!" omel Rival sambil melotot. Ia tak cukup sabar sekarang.

"Kaya kok pake motor butut," ejek Gilang lalu cekikikan bersama Lego. Genta menyimak, masih belum tertarik masuk obrolan.

"Gue itu nggak mau pamer sama kaum sok sultan kayak lo berdua. Tadi mau pake Lamborghini, tapi takut lo berdua maling."

"Wah! Makin ngadi-ngadi ngayalnya nih bocah," cetus Lego sambil menggeleng pelan tak habis pikir. Makin ngelantur.

Rival bersabar tapi memaki dalam hati.

"Kapan-kapan gue berangkat sekolah pake helikopter, dah. Biar mulut lo berdua berhenti ngehujat gue miskinable."

"Anjir! Halunya makin overdosis," ejek Gilang lalu tertawa bersama Lego. Keduanya begitu semangat mengejek Rival.

Rival tersenyum tabah. "Belum aja gue keluarin ilmu kebal tendang kanuraga, biar dua manusia kuman ini ditendang ke mars."

Lego dan Gilang, menurut Rival tidak cocok tinggal di bumi. Bumi terlalu istimewa untuk ditinggali kedua manusia penuh sifat jelek itu.

"Jangan ke mars. Mars aja menolak kayanya kalo ditinggalin mereka," sahut Genta mendukung Rival. "Tendang aja ke neraka langsung."

"Hmm ... mari kita cobaaaa!"

****

Cahya melewati kelas Rival sambil mengintip. Ternyata, cowoknya itu sedang duduk sambil melamun dengan muka memelas. Sendirian lagi. Cahya langsung bergegas masuk menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Ngapain ngegalau?" tanya Cahya penasaran. "Muka lo jelek banget kalo lagi melas gitu. Jadi malu gue punya pacar kaya lo."

Rival diam saja tak minat membalas membuat Cahya bertanya-tanya. Tidak biasanya Rival seperti ini.

"Rival kenapa?" tanya Cahya lembut sambil merapikan rambut Rival yang acak-acakan. Dirasa sudah rapi, Cahya menatap teduh mata Rival.

"Rival kenapa? Sini cerita punya beban hidup apa?" bujuk Cahya saat Rival masih diam.

RIVAL (End) Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang