73. Tujuh Tiga

73.7K 12K 4.5K
                                    

Hallooooo! Lama tidak berjumpa hyahaya

Kalian emang masih ada yang nunggu ni cerita naik cetak?

Atau, squelnya?

Wkwkwk HAPPY READING GUYS!

****

"Mati lo mati, Cel, Boncel!"

Padahal hanya mencekik pura-pura. Tapi Rival bergerak lebay sok tersakiti. Lidahnya melet, bola matanya bergerak ke atas seperti orang kesurupan. Tawa Cahya menguar, sangat lucu melihat Rival seperti itu.

"Eh, Boncel jago akting!" omel Ellgar lalu melepaskan cekikannya.

Rival sok kesakitan, mulutnya mengeluarkan ringisan. "Sakit banget, Yang," rengek Rival lalu mendekat ke arah Cahya. Menelusupkan kepalanya ke ceruk leher mulus Cahya. Rival dusel-dusel manja.

Cahya menepuk-nepuk rambut Rival seperti anak kecil. "Cup-cup ... si boncel nggak boleh nangis," ujar Cahya lembut.

Ellgar yang emosi langsung menarik Rival dan menjitaknya. "Masih boncel udah dusel-dusel, nggak sopan!" sentaknya galak.

"Iri bilang jomblo." Rival cengar-cengir.

"Ayok!" ajak Ellgar lalu merangkul pundak Cahya sebagai perlindungan.

"Mau uga," cicit Rival dengan wajah memelas.

"Nih!" Ellgar menunjukkan kepalan tangannya ke depan wajah Rival dengan wajah garang.

"Ampun suhu," balas Rival takut.

Ketiganya jalan berdampingan. Cahya ada di tengah di antara abang dan pacarnya. Mereka dijadikan pusat pandangan siswa-siswi Nusantara. Apalagi Ellgar memakai jaket kebanggaan gengnya.

"Ke mana dulu?" tanya Rival bingung.

"Nyuruh guru BK dulu buat ngeluarin mereka semua," jawab Ellgar santai.

"Ih, Abang! Seenaknya banget. Nggak semudah itu Bu Ani langsung nurut!" omel Cahya. Abangnya ini selalu menganggap gampang segala masalah.

"Kalo nggak nurut gue obrak-abrik nih sekolah," geram Ellgar. Entahlah, dari tadi emosinya belum mereda. Ada Cahya saja makanya ia sedikit melembut.

"Anjir, ngapain harus ke Bu Ani? Gue aja bisa langsung ngeluarin," balas Rival sedikit songong. Ia kan anak pemilik sekolah, bibit dari Reynald.

"Ngayal nih orang," ujar Cahya geleng-geleng kepala. Masih saja Rival halu.

Ellgar mengambil handphonenya yang ada di saku ketika ada yang menelpon. Nama Mars temannya tertera, Ellgar dengan gesit langsung mengangkatnya.

"Gimana?" tanya Ellgar serius.

"Udah dapet nih empat cewek yang lo suruh. Koridor lantai dua," ucap Mars di seberang telepon.

"OTW." Ellgar langsung mematikan sambungannya. Mereka bertiga berjalan menuju lantai dua. Ellgar sudah mengetatkan rahangnya, emosinya kembali hadir.

Di koridor lantai dua, banyak siswa-siswi yang menonton. Empat sahabat garang Ellgar menahan empat cewek. Muka-muka mereka juga datar seperti patung.

"Jaga adek gue!" titah Ellgar kepada Rival lalu buru-buru menghampiri empat cewek yang berani-beraninya melakukan bully kepada adiknya.

"Hey, bitch!" ujar Ellgar dengan nada rendah. Mata elangnya menajam. Empat cewek itu menunduk takut dengan badan gemetaran, sepertinya masalah akan kembali datang.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now