29. Dua Sembilan

76.5K 12.6K 773
                                    

Cahya dan Ellgar menunggu di ruang tunggu berdua karena Mars langsung pergi untuk bergabung dengan Genta. Sedangkan Rival sedang diobati luka-lukanya di dalam ruang rawat.

Kedua kakak adik itu saling diam dengan kedua tangan yang saling menggenggam erat.

"Maafin Abang," ungkap Ellgar pada akhirnya. Ia paham ini salahnya karena melibatkan Rival dalam tanding balap saat itu.

"Lagian lo kenapa, si, Bang? Kelakuannya nggak ada yang bener mulu, yang tawuran lah, yang balap lah. Sekarang cowok gue jadi luka kan?!" omel Cahya sambil melotot.

"Asal lo tau ya, Bang. Jelek-jelek gitu Rival itu masih cowok gue. Dia luka dikit juga gue nggak terima!"

Ellgar menghela napasnya pasrah. Telinganya pasti akan pegal mendengar segala ocehan Cahya.

"Ta-tapi kadang lo sendiri yang nglukain Rival 'kan? Emangnya gue nggak tau apa kalo lo sering jewer sama mukul dia?!" balas Ellgar membuat Cahya tersenyum kikuk.

"Dasar lo ya!" umpat Ellgar sambil menjitak jidat Cahya. Ia gregetan bukan main sama adiknya ini.

Cahya mengusap bekas jitakan Ellgar. "Jangan sampe lo gue panggil Gledek di sini nanti saat temen-temen lo dateng, Bang!" ancam Cahya gantian. Abangnya paling tidak suka dipanggil Guntur ketika sedang di luar rumah. Katanya alasannya karena nama itu jadul.

Ellgar yang sebal langsung mengambil dompetnya di saku celana lalu mengeluarkan lima lembar uang ratusan untuk diberikan kepada Cahya. "Nih! Udah gue sogok! Diem lo!"

Cahya menyengir. Matanya langsung berbinar melihat uang merah. "Thank you, Abang! Jadi sayang deh!"

"Sayang apa?"

"Sayang sama dompetmu!"

Cahya terkikik geli lalu memasukkan uang itu ke saku bajunya.

"Lo kenapa deh kalo sama Rival ngucapin makasih pake kata Sangkyuuu? Emang apa artinya?" tanya Ellgar penasaran. Ia sering menguping pembicaraan Rival dan Cahya. Ketika  Rival memberikan sesuatu, Cahya selalu mengucap kata plesetan itu.

"Itu mah sama aja artinya kaya thank you," jelas Cahya.

"Boong lo!"

"Dua ratus ribu lagi, baru gue jawab, Bang!"

Di dunia ini tidak ada yang gratis. Wajar saja Cahya meminta itu, apalagi hanya kepada Abangnya.

Ellgar yang penasaran langsung memberikan uang ratusan dua lembar lagi. "Udah tuh. Kenapa lo selalu jawab pake kata Sangkyuuu?"

Cahya terkekeh malu sebelum menjawab.

"Jangan bocorin ke Rival, ye, Bang?" mohon Cahya. Ia sebenarnya malu mengatakan ini.

Ellgar mengangguk menyetujui.

"Sangkyuuuu itu kepanjangan dari sayangku thank you."

Ellgar menatap adiknya jijik. Alay sekali anak perempuan Bumi ini. Ellgar ingin mengeluarkan Cahya dari daftar keluarga jika seperti ini. Ia malu bukan main.

"BUCHEN!!"

"Gue bucin sama duitnya Rival aja kok."

"Halah bulshit lo!"

Perdebatan keduanya berhenti ketika dokter keluar dari ruang rawat. Ellgar dan Cahya langsung berdiri menghampirinya dengan mimik muka cemas.

"Gimana keadaan adik saya, Dok?" Suara tegas Ellgar terdengar. Cahya speechless mendengar Ellgar mengakui Rival sebagai adik, bahkan dia yang adik kandungnya saja jarang diakui.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now