63. Enam Tiga

75.2K 12.8K 2.3K
                                    


****

"Don't touch her or you will die."

Semuanya yang mendengar itu langsung merinding, bahkan Ellgar langsung menelan salivanya sendiri ketakutan, sekaligus gugup bercampur jadi satu. Papanya tidak bercanda, ini nyata, mata biru itu membius Ellgar untuk menuruti perintahnya.

Ellgar fasih bahasa Inggris, karena dulu pernah tinggal di luar negeri. Ini kali pertama, Papanya mengancamnya dengan kata-kata bahasa Inggris. Entahlah, menurut Ellgar sendiri Papanya lebih mengerikan ketika berbicara menggunakan bahasa Inggris, hal itu yang membuatnya sangat takut.

Ancaman yang begitu mengerikan karena berhubungan dengan nyawa, apalagi dilihat Bumi benar-benar diselimuti amarah. Lain dengan Rival, otaknya masih loading. Walaupun ia menebak itu artinya sangat mengerikan karena dilihat muka Ellgar pucat pasi.

Rival mendekati telinga Ellgar lalu membisikinya. "Nyontek artinya dong."

Ellgar menoleh dengan kerutan di dahi. Rival bertanya seperti itu tanpa beban.

Melihat Ellgar yang tak minat membocorkan artinya, Rival lalu menatap Bumi sambil tersenyum kikuk.

"Bentar, Om. Saya Google translate dulu."

Rival dengan santainya mengambil handphone di saku celana. Semua orang yang menyaksikan itu melongo, meratapi kebodohan Rival yang unlimited.

"Bukan temen saya," ujar Genta, Lego dan Gilang secara kompak. Menunjuk Rival sembari memberikan tatapan tak habis pikir. Tak mengakuinya sebagai teman karena sangat memalukan.

Rafan ikut malu. "Bukan sepupu saya."

Bumi tidak tertawa sedikitpun. Tatapannya masih sama, kobaran amarah itu masih terlihat.

Rival masih fokus di ponselnya, membuka google translate lalu mengetikkan kata-kata Bumi yang diberikan padanya.

Jangan sentuh dia, atau kamu akan mati.

Bahu Rival meluruh lemas melihat arti itu. Ternyata sangat mengerikan. Mendadak ketakutan dan gugup menyelimutinya. Keinginan menyentuh Cahya sangat menggebu-gebu. Tapi, ancaman Bumi membuatnya takut.

"Papa please ...," mohon Ellgar dengan tatapan sayu. "Ijinin Ellgar buat peluk Cahya atau seenggaknya pegang tangannya."

"Punya hak apa kamu menyentuh putri saya?" ulang Bumi lagi dengan nada dingin.

"Ellgar berhak, karena Ellgar kakaknya."

"Hak itu udah saya cabut." Bumi berkata dengan tenang tapi sanggup membuat Ellgar gemetar. "Tetap diam. Emosi saya nggak terkontrol, jangan sampai kamu jadi korban selanjutnya, Ellgar."

Wanjirrrr anaknya aja digituin apalagi gue? Otw jadi rempeyek, batin Rival ketakutan.

Ellgar paham. Mamanya pernah cerita, jangan berdebat kepada ayahnya ketika sedang marah, karena bisa berakibat fatal.

Ellgar menatap adiknya lalu tersenyum tipis kemudian mengucapkan kata sorry tanpa suara. Direspon Cahya dengan anggukan serta senyuman yang melengkung.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now