66. Enam-enam

72.9K 11.9K 1.2K
                                    


*

***

"SINI LO CAHYA! GUE PELUK SAMPE SESEK NAPAS!"

Cahya melihat sekelilingnya. Banyak siswa-siswi yang menyaksikan perdebatan bucin ini karena memang sudah masuk jam istirahat. Cahya malu setengah mati lalu melotot kepada Rival

"APA MELOTOT-MELOTOT KAYA SUZANA?!" geram Rival lalu berjalan menghampiri.

Cahya panik. "Inget Papa Bumi, Val. Jangan deketin gue!"

"Nggak takut sama bapak lo. Tadi malem aja gue udah adu bacot. Udah kongkalikong sama dia. Udah luluh juga sama gue."

Cahya tambah panik. Rival sepertinya akan nekat mendekatinya.

"Heh, lo kan lagi dihukum?!" ujar Cahya berupaya untuk menghentikan langkah Rival.

"Sekolah punya gue. Mau apa lo?!" sentak Rival tetap berjalan dengan muka tak bersahabat. "Sini lo! Berani-beraninya gandengan sama Kevin!"

Lego yang melihat itu langsung berbisik julit kepada Gilang. "Sombong amat mentang-mentang punya dia."

"Ati-ati awas lo dikick dari sekolah," ingat Gilang takut-takut.

"Ngayal nih orang." Cahya meringis melihat Rival makin dekat. Kepalanya menoleh ke arah Kevin lalu mengucapkan kata maaf. Bagaimanapun juga Kevin adalah sahabatnya dan juga orang terhormat di sekolah ini.

Langkah Rival berhenti sejenak. Tangannya mengepal penuh amarah, suasananya tambah panas melihat Cahya malah menatap Kevin.

"Gue nggak suka mata indah lo natap cowok lain," geram Rival sebelum berlari menuju Cahya.

Cahya langsung kabur tapi tangannya langsung dijangkau oleh Rival. Jantung Cahya berdebar hebat. Genggaman Rival terasa begitu mencengkram. Napas Cahya tak beraturan. Matanya takut menatap Rival.

"Rival, lepas!"

"GAK!" sentak Rival emosi. Perdebatan keduanya disaksikan banyak orang. Rival sadar lalu menyorot tajam mereka. "Mau gue colok mata lo pada?! Nggak pernah liat pasangan berantem?!" geram Rival galak. Semuanya langsung menunduk lalu melakukan aktivasnya kembali masing-masing.

"Lo harus dihukum," ucap Rival penuh penekanan. "Ikut gue!"

Cahya menggeleng tegas. Ragu-ragu ia menatap mata Rival yang tersirat kobaran amarah. "Nggak mau!"

"Lo mau gue peluk di sini?!" sahut Rival galak sambil matanya melotot. Kesalahan Cahya kali ini terlalu fatal, Rival harus memberikannya pelajaran.

"Enak di elo itu mah!" balas Cahya tak kalah ngegas.

Rival berdecak kesal. Cengkramannya di tangan Cahya semakin ia tekan. Emosinya susah dikontrol.

"Rival ... sakit," lirih Cahya menatap Rival sayu.

Tak mempan. Tatapan Rival masih sama seperti tadi. Cahya bisa merasakan amarah itu masih ada. Ia juga yakin sekarang tangan putihnya berubah memerah.

"Ck. Lama!" keluh Rival lalu secara paksa menggendong Cahya ala briydal style. Semuanya berteriak histeris melihat itu. Adegan yang sangat romantis bagi mereka, tapi tidak untuk Cahya.

Cahya memberontak. Ia sangat malu. "Turunin gue!"

Rival tak peduli. Matanya menatap lurus ke arah depan. Perlahan ia melangkah dengan gaya sombong, seperti hanya mengangkat benda ringan.

"ANJENG! ENCOK GUE INI," keluh Rival dalam hati tapi berusaha stay cool. Dia kan boncel. "Keberatan dosa cewek gue!" lanjutnya dalam hati.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now