⚯͛"Apa kau bukan Draco Malfoy?"
"Sikapmu padaku berubah sekali semenjak semester ini. Aku bukannya terlalu percaya diri, tapi, Ginny, Hermione, Luna saja menyadarinya." Caroline berbicara terus-menerus disela mereka berjalan menuju kastil, banyak pertanyaan dikepalanya.
Udara dingin menyambut mereka berdua yang lehernya terlilit syal asrama mereka. Tongkat sihir mereka berada ditangan masing-masing dengan ujung tongkat bersinar menerangi gelapnya jalan. Kesunyian menghinggapi saat Caroline selesai berbicara.
Draco Malfoy masih setia menutup mulutnya. Entah tak mau menjawab, atau terlalu banyak pertanyaan yang Caroline ucapkan.
"Jawab aku." Caroline berbicara sekali lagi.
"Aku bahkan tak bisa mengingat puluhan pertanyaan-mu. Tidak bisakah kau diam-"
Reflek yang sangat cepat bahwa Malfoy menangkap tangan Caroline yang kakinya tersandung akar-akar pohon besar.
Caroline tersentak begitu ia tidak jadi terjatuh kedepan. Tangan kanannya berhasil ditahan.
"Astaga! dasar akar sialan," Caroline mengumpat.
Malfoy menaikkan bibirnya menjadi seringaian.
"Aku baru tahu kau bisa berkata kasar.""Hati-hati saat berjalan, Lysander. Sekali lagi terjatuh aku tak akan menolongmu."
"Hei, aku tak butuh bantuanmu."
"Sini," Malfoy cekatan mengambil tangan Caroline kembali menautkan pada tangan kirinya.
"Serius, Malfoy, sekarang aku tanyakan padamu lagi, Sejak kapan kau mau bersentuhan dengan darah lumpur?"
"Diam, Lysander." Malfoy menarik tangan Caroline mendekat pada tubuhnya. Lagi-lagi Caroline masih terkejut dengan sikapnya. "Kalau kau terus-menerus mengoceh, kau bisa membuat mahluk disini terbangun dan akan menerkammu, lalu aku membiarkanmu mati."
"Terimakasih atas cerita pendeknya, tapi kita sebentar lagi sampai, jadi disini tidak ada mahluk menyeramkan yang akan membunuhku. Satu lagi, kau juga pasti ikut terbunuh jika itu terjadi."
Mereka lanjut berjalan lurus menuju kastil yang sudah mulai terlihat. Tangan Caroline masih berada di gandengan tangan kiri Malfoy. Percayalah, Pansy Parkinson dan mungkin anak perempuan dari asrama lain, kecuali Gryffindor, akan meneriakinya jika melihat ini.
"Kau pakai parfum apa?" Caroline bertanya. Ia sedikit penasaran karena laki-laki yang ada disampingnya terlalu wangi dibanding laki-laki lain yang selalu berbau keringat.
"Pertanyaanmu terlalu random."
"Cepat jawab, Mr.Malfoy."
"Setelah kau tahu, wangiku akan sama denganmu," Malfoy mendengus. "Tanyakan pada Mother kalau kau ingin tahu." dia menyeringai diakhir. Dengan jawaban seperti itu, tidak ada yang berani menanyainya lagi.
YOU ARE READING
Selenophile [ Draco Malfoy ]
FanfictionCaroline tak pernah ingin terjerat masalah. Itu adalah ketentuannya saat bersekolah di Hogwarts. Kalimat itu tidak ada lagi di kamusnya sejak di ruangan Snape yang terlihat suram, bersama Draco Malfoy yang menjadi Prefek pendamping detensi-nya. Enta...