44. White Rose

959 106 4
                                    


"Apa maksudmu tadi malam?" tanya Harry.

Hermione menghentikan langkah mereka semua dengan rentangan tangannya. "Tunggu. Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan," serunya.

"Kurasa sambil kita berjalan ke Pondok Hagrid lebih baik." kata Caroline. "Ayo!"

Hermione mau tak mau mengikutinya. Setelah pelatihan Apparate, kelas mereka adalah Pemeliharaan Satwa Gaib--akan hemat waktu jika Caroline mengajak mereka kesana lebih dulu.

"Snape memberitahuku--" Caroline menurunkan suara meski tidak ada siapapun. "Theodore Nott sedang mengincar keturunan Flamel."

"Really?" Hermione berseru. "Kenapa... mengapa dia melakukan itu?"

"Sudah pasti dia Pelahap Maut! Benarkan, Caroline?" Harry menggebu-gebu menimpali. "Ini pasti perintah Tom. Apa tujuannya dia melakukan itu?"

Ia hanya menggeleng. Ketakutan jarang sekali datang pada dirinya. Kali ini ia takut. Jika saja identitasnya terbongkar...

"Jika Nott saja Pelahap Maut... Malfoy pun sudah pasti." gumam Harry.

Rasanya sakit. Ia memikirkan hal seperti yang dikatakan Harry sebelum tidur tadi malam. Ia tertidur karena ketakutan jika kekasihnya memang Pelahap Maut. Ia mencoba merasionalkan pikirannya kemarin.

Draco pergi ke Ruang Kebutuhan seperti itu rumahnya sendiri. Untuk apa dia disana dan punya kotak obat. Dia pernah berkata jika dia punya rahasia.

Rahasia apa? Mengapa Blaise sepertinya tahu apa yang terjadi pada Draco.

"Aku pikir kau habis babak belur dari manor! dan kalian..."

Bellatrix Lestrange, mengutuknya dengan Crucio. Bagaimana Draco bisa menemui bibinya itu?

Draco dan Snape berusaha melindunginya. Jika Snape tahu akan hal Nott dari dia yang menjadi Agen Rahasia Orde, bagaimana dengan Draco? Laki-laki itu selalu kesal dengan Snape tapi informasi Caroline yang menjadi incaran Nott malah dia dapatkan dari Profesor itu.

Hermione menyadarkannya. Dia menepuk-nepuk pipi Caroline.

"Kau menakutiku." katanya. "Kupikir kau terpisah dari tubuhmu karena kau melamun lama sekali!"

"Sorry, Hermione."

Sore ini pelatihannya dengan Draco. Ia harus mencari tahu. Mengapa Di awal semester dia seperti perlu sandarannya lebih dalam.

***

"Hai," sapa Caroline.

Ia mendekati Draco duduk di tepian Danau Hitam.

"Hai."

Caroline duduk juga di bebatuan.
"Aku membawa belatinya." ditaruhnya dua bilah pisau dengan gagang hitam bermotif sulur di depan mereka.

"Punya ayah muggle-mu?" Draco membenarkan. Ia mengangguk.

"Draco," kata Caroline, ada rasa kesenangan sendiri saat terus mengatakan namanya. "kau belajar belati dari siapa?"

"Keluargaku." jawabnya.

Dia memang tidak mau memberitahu pada Caroline.

"Ayo, sekarang ajari aku." kata Caroline sembari berdiri. Ia tidak mau memaksa laki-laki itu untuk menjawab pertanyaannya.

Kedua tangan Draco memegang belati. Netranya sibuk meneliti dengan hati-hati. Satu belati umum dan satu belati push.

Caroline mendapat sodoran belati biasa. Tersisa belati push kayu untuk Draco.

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now