21. Snape's rage

1.4K 217 1
                                    


⚯͛

Gumpalan putih menyebar secara rata di wilayah Hogwarts, begitu juga di Hogsmeade. Menandakan musim salju. Berhasil menyelamatkan rutinitas Caroline yang terdengar membosankan. Ditambah, yang membuat hidupnya tak membosankan lagi dan sialnya, karena dia terkena detensi.

"Jujur saja, kurasa ini bukan ide bagus." bisik Pansy.

Theo berdecak, "Diamlah, kita harus melakukannya agar mereka, para anggota rahasia sialan itu, dapat tertangkap. Dan kita akan dapat poin dua kali lipat!" matanya terus melihat ke depan.

"Rencana ini akan gagal kalau kau terus meninggikan suara!" seru Draco tapi masih berbisik.

Pansy mendelik pada mereka berdua, "Kalau air ini terkena oranglain apalagi Professor, aku akan seratus persen menyalahkan
kalian berdua!" ucapnya.

Draco, Pansy, dan Theo termasuk anggota Inkusitorial setelah lima hari lalu diberi pin oleh Umbridge. Di benak Draco pun sebenarnya dia malas, tapi karena ini akan menambah nilainya dan sekaligus ingin mengerjai anak-anak lain, membuatnya terlihat bersemangat.

"Eh, ada suara sepatu!"

Sepersekian detik saja sebelum Draco meluncurkan air dari tongkat, Caroline berlari tanpa melihat mereka, tangan Draco kembali menurun. "Hanya dia," ucap Draco.

"Peeves sialan! huh, akan aku ceburkan ke danau kalau dia masih hidup!-" Caroline terus menggerutu tanpa memperhatikan di tikungan ada tiga orang yang melihat.

Theo menarik tangan Caroline dengan cepat. "Hei-" Caroline berteriak. Sebelum ia sempat berteriak lagi pada Theo, Draco meluncurkan air, menikung sampai ke koridor yang tak terlihat.

"Apa yang kau lakukan?!" kini Pansy berteriak.

"Aku melihat Weasley perempuan lurus ke kanan. Sepertinya dia terkena mantra ku."

"Kalian berempat!!"

Sontak mereka hanya bisa membulatkan mata, bahkan mulut Theo menganga. Professor Snape, tampangnya yang keras bertambah keras saat menemukan ternyata anak Slytherin-nya sendiri yang membuat seluruh badannya basah kuyup.

"Apakah, kalian menemukan kesalahan pada diri kalian?" nadanya yang lamban membuat suaranya tampak menusuk. Seakan menguliti mereka lewat tatapan mata dan ucapannya.

"Ini akan buruk." batin Caroline.

Kisahnya yang tragis. Membuatnya terseret ke dalam masalah yang Draco, Theo, dan Pansy lakukan. Ia bahkan masih mengingat ia pernah menatap tajam ketiganya saat di koridor menuju ruangan Snape.

"Memangnya kalian itu punya tujuan apa, sampai-sampai mengirim mantra air?" ucap Caroline seraya menaruh topi di meja.

Theo secara terang-terangan terlihat malas menjawab, dia hanya mengedarkan pandangan melihat sekeliling. Pansy mendengus, "Kau tak perlu tahu." ucap Pansy.

"Oh begitu, lalu kemudian aku terkena masalah tanpa tahu apa-apa." ucapnya, giginya terdengar berceletuk.

"Kau tau pun, kau tetap tidak bisa mengubah pikiran Snape sekarang untuk tidak menghukummu." balas Draco.

Caroline hanya bisa kembali membuang napas kasar. Ia mulai berdiri dari duduknya. "Sudahlah, aku pergi."

Theo sadar dari lamunannya, dia melontarkan pertanyaan.
"Lalu bagaimana dengan ramuannya?"

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now