74. What Makes Us Stay at the Night Sky

948 74 14
                                    

24 Desember 1998

Caroline belum pernah 'hanya keluar air mata' sepanjang yang ia ingat. Bantal sudah lembab. Dan ia agak malu tidak bisa mengendalikan tangisan diamnya sementara Ayah bercerita tentang nilai ramuan 'Dreadful' saat tahun ketiga.

Leo datang sendirian.

Ia melelehkan kuali? Kedengarannya mustahil. Kata Ayah, ia berkembang menjadi perempuan yang bebas meski agak kelewatan, pasti karena bergaul dengan Ron, Harry, Hermione. Ginny termasuk. Ia memang suka menjahili orang kalau bosan, tapi rasanya tidak mungkin menjadi orang yang pernah di penjara. Ruangan gelap yang temaram itu, tangan berdarahnya, dan pergelangan tangan diborgol. Nah, ia terbayang itu lagi.

"Aku diberi obat tidur, apa ayah tahu?" ia mengadu, lalu tidak mengira hidungnya akan sakit saat bicara sambil menangis.

"Aku tahu, aku minta maaf." kata Leo. Dia menjadi diam, sulit mencari celah agar membahas masa-masa indah saja.

Caroline merasakan ayahnya membelai tangannya. "Di dalam mimpi, tanganku selalu diborgol. Aku selalu menyeduh ramuan. Aku selalu membaca buku di rumah entah siapa."

"Kau sudah melewati banyak, kau saat itu rela melakukan apa saja agar aku dan Reina tidak terkena serangan Perang Sihir. Kau melindungi siapa saja, Caroline ..." Leo membawa pegangan tangan mereka ke hidungnya. Begitu ia menoleh, ayah tengah menangis. "Aku bangga padamu, kid."

"Ayah, jangan menangis begitu! Aku takut," ia jujur karena air mata Leo jatuh deras. "Aku bukan orang jahat, kan?"

Leo menggeleng lemah. "Tidak, Caro, kau penyihir paling hebat." Diusap kasar pipinya, dia meraih amplop diatas nakas yang sebelumnya ia bawa dari luar kamar. "Kita akan membuka hasil Ujian Tulis-mu," kata Leo mencoba semangat. Kerutan diantara alisnya mengendur begitu amplopnya bisa dibuka tanpa mantra. "Aku mengira ini tes biasa, tapi kata Draco ini adalah Burung Hantu. Kalian orang-orang yang sangat memuja hewan itu 'ya,"

"Ayah, itu O.W.L --Ordinary Wizarding Level." potong Caroline lemah. Baiklah, pikirnya, mereka harus mulai melupakan lalu fokus pada yang sekarang.

"Oh? Kau sudah tahu tentang itu," Leo heran, yang dijawab dengan gumaman.

Caroline membuka secarik nilainya. Ia senang melihat Astronomi dan Herbologi adalah Outstanding, yang lainnya termasuk Ramuan mendapat nilai E!

"Aneh sekali. Aku kira ilmu Mantra akan Poor. Ramuan akan Dreadful." komentar Caroline, menatap wajah ayahnya yang sekarang tidak berkata-kata--duduk diam di kursi samping kasurnya.

Tertanda tangan oleh Profesor McGonagall yang menjabat sebagai Kepala Sekolah Hogwarts, Caroline memaksa untuk ingat. Beliau mengajar Transfigurasi, Kepala asrama Gryffindor, dan orang Skotlandia. Profesor Dumbledore digantikan karena apa?

"Ayah tahu tidak, kenapa Profesor Dumbledore digantikan?"

"Dia sudah meninggal."

"Pasti karena perang."

Ayah tahu ia sudah tahu.
"Ya,"

Perang.

Pagi menjelang siang sebelum Ayah datang, Caroline senang sekali Mrs. Ane dan Draco mengajaknya ke taman untuk diceritakan segalanya. Ia saat itu sangat cemas di setiap kejadian-kejadian yang Draco katakan akan terlupa lagi. Draco mengaku dia suka menjahili anak-anak Gryffindor, terutama Hermione selama di sekolah. Caroline pernah jadi anggota Quidditch cadangan, lalu ia bertanya-tanya apakah ia masih bisa mengendarai sapu terbang. Caroline selalu sarapan di meja Gryffindor. Caroline anak kesayangan Profesor yang mengajar Astronomi, sepertinya itu menurut Draco saja, tapi ia mengakui saat ditanya Mrs. Ane apa ia masih ingat perhitungan hujan komet.

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now