39. Madness

911 125 6
                                    

Desember 1996

Draco benci duduk di ruangan ber-meja panjang itu. Jika saja ia tidak mendapat bujukan dari ibunya, ia lebih baik tidak datang. Narcissa hanya mencoba membantu anaknya agar ia tidak lagi terkena crucio oleh Voldemort.

Sepanjang Sang pangeran kegelapan berbicara, Draco hanya fokus membangun dinding oklumensi-nya.

"Apa yang bisa saya bantu, my lord?" salah satu pelahap maut bertanya. Mengisi suara lenggangnya Malfoy Manor.

Pertanyaan itu sebetulnya untuk menutup pertemuan mereka.

"Nott, aku rasa kamu tidak akan menyukainya..." kata Pangeran Kegelapan seperti mendayu. "Beberapa kali aku membicarakan tentang kegagalanku dengan Batu Flamel. Kalian semua pasti tahu, bukan?"

Semua anggota Pelahap Maut mengangguk. Termasuk Draco Malfoy.

"Yes, tuanku." kata Helix Nott mewakili.

"Aku punya tugas spesial untukmu, Nott. Bahkan tak apa jika anakmu kau ikut sertakan dalam pencarian ini." kata Voldemort, dia tersenyum lebar menuju pada Theodore Nott.

"Pencarian apa itu, My Lord?" tanya Helix Nott, selaku ayahnya Theodore.

"Sebelum itu, apa yang kau tahu tentang batu itu, Nott?" dia bertanya diiringi desisan ular kesayangannya, Nagini.

Helix Nott menampakkan guratan bingung, matanya berkedip cepat seakan berusaha mengingat tentang sejarah batu itu. Kebanyakan Pelahap Maut bahkan lupa kapan terakhir kali mereka menyentuh buku sejarah. Mereka hanya mendengar dari mulut ke mulut. Tapi, Theodore Nott berdeham.

"Izinkan saya menjawab, Tuanku," katanya. "Batu Bertuah milik keluarga Flamel, adalah batu mulia yang diciptakan oleh Nicholas Flamel. Karena batu itu, logam berubah menjadi emas. Dan yang paling kontroversial, batu itu... semacam salah satu bahan ramuan abadi-nya."

"Elixir of Life," Sang Pemimpin berkata.

Wajah Voldemort cerah dengan tersenyum. Dia mengangguk pada Theo untuk terus melanjutkan.

"Dan rumornya akan diturunkan kepada keturunannya--" ucapan Theo terpotong karena lambaian tuannya.

"Tidak, tidak, Nott Muda...," Voldemort menginterupsi. "Flamel itu telah mati sejak 1992. Aku telah memerintahkan Severus beserta yang lainnya untuk menyelidiki rumah Nicholas Flamel sebelumnya ke Prancis. Tidak ada batu itu disana rupanya."

Theodore Nott terkejut mendengar itu melebihi siapapun disana. Informasi itu tidak dia ketahui sebelumnya.

"Sayangnya... Batu itu telah dihancurkan oleh Dumbledore. Seperti apa yang telah Severus konfirmasikan." kata Voldemort, sekarang tanpa ekspresi dan memandangi Snape.

"Dan aku akan mengadakan misi kecil yang baru, yaitu...mencari keturunan Flamel."

Draco membeku saat itu juga.

Beberapa Pelahap Maut tertarik mendengarnya. Terlebih ayahnya Theodore, dia merasa lebih unggul saat itu juga, karena terpilih dalam misi ini.

Draco berusaha membaca wajah Snape di seberang meja. Tidak ada apa-apa disana. Sekarang ia dipenuhi tusukan tajam di kepalanya memikirkan kekasihnya. Perempuan itu dalam bahaya jika dia memberitahukan identitas aslinya pada sembarang orang. Rahang Draco mengetat.

"Izinkan saya bertanya, Tuanku. Bukankah batu itu tidak akan diturunkan karena telah musnah dan Nicholas pun tidak punya anak?" tanya Jenna Miller. Anggota Kementerian itu bertanya sopan seakan rapat legal tingkat Internasional.

"Ahh... Pembahasan akan menjadi panjang." ketus Voldemort. "Severus, jelaskan lah."

"Nicholas diduga menuliskan resep pembuatan Batu mulia itu di tahun tidak diketahui. Kertas itu adalah rahasia tingkat tinggi dalam ilmu Alkimia. Rumah Nicholas di Paris telah di geledah, dan nihil. Salah satu kemungkinannya adalah Nicholas telah memberikan Resep tersebut kepada keturunannya." terang Snape, sangat jelas.

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now