33. Sixth year: Death Eaters' attack

1K 139 7
                                    

***

"Hey,"

Dug.

Kepalanya terhantuk langit-langit kulkas. Ia mengeluarkan kepalanya dari sana dan membawa es krim.

Caroline berbalik, melihat ayahnya berdiri diam di samping meja bundar yang di tempatkan di tengah dapur.

"Ayah,"

"Sudah larut, Caroline, dan kau masih-" kata Leo, melirik mangkuk es krim di tangan Caroline. "makan malam."

Ia duduk di kursi meja bundar begitupun ayahnya. Es krim mulai dimakan se-hening yang bisa Caroline lakukan.

"Apakah kau sudah membaik, Caroline? aku mau kau jujur padaku."

"Aku baik-baik saja, ayah. Tidak ada yang perlu ayah khawatirkan." ia tersenyum tipis.

Leo diam saja menonton anaknya memakan es krim, beberapa kali mengusap rambut cokelat terangnya. "Apa saat di luar dunia sihir kau bisa menggunakan tongkatmu?" tanya Leo.

"Tidak," jawabnya sedikit terkejut dengan ayahnya tiba-tiba menanyakan itu. "Jika aku merapal dengan tongkatku, kementerian akan tahu, karena aku masih dibawah umur. Tapi, beruntungnya, aku bisa menggunakan mantra tanpa tongkat." ia berkata, tidak sadar senyum muncul di bibirnya.

"Wah, yang berarti kemampuanmu sangat bagus, bukan? bisa kau beritahu kau bisa melakukan apa saja dengan tongkatmu, juga tanpa tongkat?"

"Aku bisa memanggil benda dengan tongkat ataupun tanpa tongkat. Aku bisa melakukan mantra menyerang dan perlindungan. Aku bisa membuat Patronus," Caroline mengingat-ngingat lagi, apa yang bisa ia lakukan. "Aku bisa-membaca energi penyihir." ia melanjutkan ragu-ragu.

"Aku sangat bangga padamu, Caroline." ucap ayahnya. Wajahnya penuh senyum, Caroline berpikiran ayahnya tidak terlalu memperhatikan kemampuan terakhirnya adalah berita buruk atau baik.

"Tapi, aku takut untuk kembali." kata Caroline. Sepenuhnya lupa dengan es krim di hadapannya.

Postur Leo di kursinya jadi lebih tegak, Caroline melihat kerutan khawatir di wajah ayahnya. "Kenapa? apa ada yang salah?" tanya Leo

"Kita harus memilih sisi. Aku tahu ini akan membingungkanmu, tapi apa kau pernah mendengar kata 'Pangeran Kegelapan', ayah?"

Sekarang ia tidak melihat kerutan khawatir lagi, tapi lebih dari itu. Caroline mengabaikan perasaan bahwa ayahnya tahu, setidaknya ada satu hal yang ayahnya tahu tentang Dunia Sihir.

"Tidak, aku tidak pernah mendengar nama itu." jawab Leo, dia melipat bibirnya.

Kekecewaan menghinggapi sehingga ia bisa merasakan matanya mengerjap beberapa kali.

"Dia penyihir gelap. Kejam. Jika-ayah ingin tahu- dia pernah ada sebelumnya lima belas tahun yang lalu, dan sekarang dia bangkit lagi. Mulai meneror Dunia Sihir." terang Caroline perlahan-lahan supaya Leo bisa mencerna ucapannya. "Dan, dia mulai mengumpulkan kembali pengikutnya."

Perlu waktu untuk Leo menanggapi Caroline. Kukunya diketuk pelan di atas meja, Leo mengusap rambutnya untuk kesekian kali. Caroline mempelajari wajah ayahnya.

"Aku ingin kau aman, Caroline." kata Leo. Dia menghela napas seperti kebanyakan ayah-ayah oranglain yang sedang khawatir dengan anaknya. "Kau bisa sekolah normal disini. Kalau kau merasa tidak aman di Hogwarts."

"Tidak, ayah, aku harus menyelesaikan sekolahku sampai tuntas. Kau tidak perlu khawatir, sejauh ini Hogwarts tempat ter-aman daripada tempat lainnya, kastilnya dipenuhi mantra perlindungan." kata Caroline meyakinkan Leo dan juga dirinya sendiri. "Aku akan berjaga diri. Aku janji."

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now