69. The Final Battle

564 70 18
                                    

"Dengarkan aku baik-baik." kata Draco, memegang kedua sisi bahu Caroline. "Tetap di rumah dan jangan pergi keluar. Kemanapun itu, tidak ke hutan, pinggiran sungai, tidak boleh. Aku akan kembali secepatnya."

"Hati-hati, okay?" Ia menepikan debu dari rambut laki-laki itu.

Draco telah siap dengan jubah jubah fit di badannya serta turtleneck hitam menutupi leher. Mereka berdua menengok langit yang menggelap, Draco secepatnya menepuk pelan pucuk kepala Caroline, lalu mengambil langkah mundur bersiap dissaparate.

"I love you,"

"I love you more." balas Caroline.

Dia berubah menjelmakan asap hitam hingga senyumnya luntur, terbang melewati pepohonan; dia meninggalkan Swiss menuju pegunungan Skotlandia.

"Aku sudah muak menjadi bulan-bulanan cruciatus Harrington. Jika saja aku di Slytherin, jika saja ... aku juga ingin menyiksa lebih banyak——"

"Heh!" potong teman disampingnya yang berjubah hitam dan kuning——mereka adalah Hufflepuff. "Tanpa jadi Slytherin kau bisa! Mereka semua itu mujur karena Carrow, tahu. Di kelas besok saja kau duluan yang mengutuknya, aku pikir Carrow akan menaikkan nilaimu jadi Outstanding karena berani."

Dia yang awalnya berjalan kaku di depan Draco terdiam sebentar lalu menjadi lebih santai.

Draco sebenarnya tidak ingin menguping atau melewati lorong yang sama——tapi sayangnya hanya ini satu-satunya lorong menuju kantor Kepala Sekolah. Sebisa mungkin menjaga jarak dan memelankan langkah, lagi-lagi tidak bagus; mereka berdua menoleh kebelakang, tepat pada wajahnya.

"Kau! Kau Malfoy pembunuh Dumbledore," seru salah satu dari mereka, dia mengeluarkan tongkat sihirnya. Begitupun Draco, menarik cepat dari balik jubah. "Pelahap Maut! Confundo!"*

"Impedimenta,"* Draco melawan mantra itu dengan jentikan jari——yang berujung terlempar kebelakang. Ia merasakan kepalanya terhantuk lantai batu itu dengan keras. Mana mungkin tidak bekerja?! Keduanya hanya mantra simpel——

"Hah, kau lemah?" Dia menghampiri sebelum Draco sempat bangun atau mencari tongkat sihirnya. Kedua tangannya dikekang salah satu dari mereka, dia memberi anggukan serta seringaian.

"Ayo, coba cruciatus mu padanya."

"Beraninya kau Bodoh!" Draco berseru. Dia memelintirkan tangan yang menahannya, spontan menonjok wajahnya dan berlutut; bersiap melayangkan tinjuan kedua ke perut brengsek ini——

"Crucio!" rapalan mantra anak Hufflepuff lain mengenai punggung Draco, sangat sungguh-sungguh karena marah menguasainya.

"Fuck!" Draco mengumpat. Meski itu hanya berlangsung beberapa detik, itu membangkitkan rasa sakit lama——sengatan tajam menusuk bagian dalam tubuhnya. Dia memanggil tongkat dengan non verbal dan berseru, "Stufepy!"

Penyerang Hufflepuff terpelanting jauh serta tongkatnya hinggap digenggaman Draco, dia tak mau berlama-lama langsung mengambil juga milik yang pingsan.

"Ada apa ribut-ribut?!" teriak seseorang yang sedang mendekat dari lorong lain. Amycus Carrow muncul, "Jam malam sudah berlaku, anak-anak! Ouh ... Malfoy,"

Draco membersihkan jubahnya cepat. Mendekati Amycus dengan amarah.

"Anak murid-mu menggunakan cruciatus padaku, hanya sedetik. Tampaknya kau berhasil mengajar mereka, Amycus."

"Woah, sanjungan yang baik hari ini, kau tahu? Si Longbottom tidak mau merapal crucio pada Weasley. Tapi ini buruk bagimu ... Kau Pelahap Maut termuda tidak bisa melawan anak kecil——"

"Ini masalah dengan tongkat baruku." Draco memotongnya sebelum dia dapat menghujatnya lebih banyak. Harga dirinya di hadapan Pelahap Maut harus setara——ia tidak sudi berada dibawah.

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now