60. Sorcerer Stone

514 66 6
                                    


Note: - Versi revisi

- Jika kalian tidak nyaman membaca bagian blood and harm, lompati bacaan sampai --

"Mungkin darahnya tidak berarti apa-apa." Theo mencibir, matanya melirik tajam pada Caroline. Lalu pada borgol yang mengikat tangan mereka berdua.

*

Sebilah pisau ditekan mendalam pada tangan Caroline. Ia bergetar tanpa suara, berusaha untuk tidak bersumpah. Helix dibelakang bahunya sedang menyeringai, dia mengambil tangan berdarah Caroline dari Theodore. Tangan itu ditempelkan ke dinding yang sebagian rusak karena mantra. Mereka mulai memaksanya berjalan seiring darah itu segaris menorehkan noda.

Sekitar dua menit berkeliling, tidak ada rahasia yang terungkap pada dinding rumah Flamel ini.

Theodore melepas lengan kiri Caroline, sembari memperhatikan ruangan lantai satu itu, "Bagaimana dengan lantainya? Ayah bilang dia menemukan pensive."

"Yeah," Helix bersuara, dekat sekali dengan telinganya. "Lihat apa yang spesial dari darahmu."

Ia merinding.

Mata Theo menyipit dan kedua tangannya terlipat di dada. "Father, kau terdengar sedang menggodanya dan kau tidak perlu memeluknya seperti itu--"

"Shut up, Theodore! Terakhir kali kau dikalahkan hanya sebab mantra anak sebelas tahun." Helix menggeram.

"Fine, fine."

Helix kembali memutari ruangan, menekan tangan Caroline kebawah agar darah menetes ke lantai. Benar saja, lantai dekat tangga merekah dan memunculkan pensive. Theodore puas melihatnya. Sama saja dengan dinding, mereka tidak menemukan apapun.

*

"Mungkin darahnya tidak berarti apa-apa." Theo mencibir, matanya melirik tajam pada Caroline. Lalu pada borgol yang mengikat tangan mereka berdua.

"Tetap penting. Kita hanya belum menemukannya saja." geram Helix. Dia sesekali mengusap rambut kecokelatannya sebagai tanda gusar meski sedang makan.

Ayah Theodore memang Pelahap Maut yang aneh. Ketika rumah Flamel itu penuh dengan darah Caroline dan tidak menghasilkan apa-apa, mereka pergi ke restoran untuk makan siang. Oh, tentu saja ia dijejalkan sedikit pancake oleh Theo demi citra yang baik didepan penyihir-penyihir Paris.

"Lalu, apa lagi? Kita ingin menghabiskan semua darahnya, begitu?"

Ia juga terpaksa meminum Ramuan Penambah Darah yang berwarna merah pekat sebelum jatuh pingsan. Jari-jarinya saja masih kebas. Caroline hanya bisa memperhatikan mereka tanpa bisa berteriak karena mantra silencio.

"Biarkan aku makan siang." kata Helix mengingatkan. "Bagaimanapun juga, Hanya darahnya yang bisa menunjukkan sesuatu di rumah itu, sebelumnya beberapa Pelahap Maut mencoba tidak ada yang terjadi."

Theodore diam dan kembali memakan pancake. Borgol di tangan kanan Caroline, juga di tangan kiri Theodore; ia tidak tahu apakah ini menggunakan sihir.

"Ah, begini!" Theodore mengejutkan mereka dengan gebrakan di meja. "Saat aku dan ..." dia menunjuk Caroline dengan garpu. "di Hogwarts tahun pertama kami, Quirell terungkap membawa Pangeran Kegelapan dibelakang kepalanya dengan tujuan merebut Batu Bertuah so... Pangeran Kegelapan dapat bangkit kembali. Semua orang tahu itu. Tapi, Ayah, untuk apa mereka mencarinya ke Hogwarts melebihi Rumah Nicholas?"

Theo tidak membiarkan siapapun menyela pikiran ahli sejarahnya, dia berkata lagi. "Dia dan Dumbledore telah bekerja sama! Apalagi saat mereka menerbitkan 12 kegunaan Darah Naga."

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now