31. Escaping Plan

1.4K 154 15
                                    

Sikap Draco semakin tidak dimengerti olehnya. Dia hampir saja duduk bersebelahan saat sarapan di Aula, meminta Profesor Sprout untuk sekelompok dengannya, dan sekelompok mengamati langit dengan teleskop. Caroline selalu berserapah dalam hati, setiap mengingat kejadian di Hutan Terlarang. Seharusnya ia tidak membalas puisi itu. Memalukan. Biarkan perasaan itu terkubur dengan sendirinya, kenapa kau malah tambah memancing dia untuk semakin dekat denganmu, Caroline?

Dia juga memarahi ia dengan-lembut. Aneh sekali. Padahal semua orang mengenalnya sebagai laki-laki dingin, arogan, dan suka mencela. Dan semua hal yang bisa Caroline lihat saat bersamanya, berbeda sekali.

"Aku ini-temanmu." seru Draco saat ia menolak untuk dia mengobati luka terbakarnya bekas hukuman tertangkapnya Laskar Dumbledore.

Sekarang Caroline hanya bisa kembali pada sarapannya di meja terujung, sendirian setelah Kylie diajak Davies entah kemana. Mendapatkan pemandangan sisi kirinya, Draco tertawa bersama dengan Theo.

Caroline jadi berpikir lagi, apa ia terlalu bodoh bisa menyukai laki-laki seperti dia. Draco Malfoy punya dua sisi. Caroline menyingkirkan roti mentega ke samping dan menggantikannya dengan buku Herbologi. Di sudut matanya ia melihat si kepala pirang berdiri dari bangku dan menghilang dari pandangan. Ia kira, Draco pergi. Ternyata dia memutari meja makan menuju pada Caroline.

"Ada apa, Malfoy?" Caroline bertanya, menyadari Theo memperhatikan sesuatu di belakang bahunya, dan itu Draco.

"Ikut aku," katanya lalu melirik buku yang Caroline baca.

"Untuk?"

"Kau banyak bertanya dan sangat pelupa, Lysander. Kerja kelompok Herbologi. Kita harus menyerahkannya pagi ini." Draco memutar mata. Dan Theo bersiul-siul untuk itu.

"Ha-ha-ha! Si Malfoy Pureblood belajar dengan Lysander Mudblood!" teriak Theo menghidupkan anak-anak Slytherin dengan tawa.

"Sialan kau, Nott." Draco bergumam. Dia langsung berjalan dengan langkah panjang diikuti Caroline.

Mungkin ada hal yang di curigai Theo tentang Draco yang mau sekelompok dengannya di pelajaran Herbologi juga hal yang mereka bicarakan di meja makan tadi.

Caroline mengabaikan tawa Theo saat melewati deretan murid-murid. Dia belum berubah. Padahal dulu Theo sesekali menjelaskan Sejarah Sihir padanya. Tapi dia tetap kembali pada tabiat untuk mengatainya. Apalagi setelah kejadian tertangkapnya Laskar Dumbledore-ia dianggap pembawa keburukan bagi Slytherin.

"Stop." ucap Draco di persimpangan lorong menuju keluar kastil. Lalu ia berhenti disampingnya, masih memeluk dua buku dan dua lembar perkamen.

"Tanganmu, Lysander."

"Tidak perlu, Malfoy. Terimakasih atas bantuan obat dan kepeduliannya, tapi ini sudah cukup. Kau terlalu berlebihan, padahal ini hanya luka ringan." Caroline cepat-cepat menyembunyikan tangannya ke belakang untuk menghindari Malfoy yang ingin memeriksa.

Draco mendengus, dia seperti ingin marah. "Perlihatkan padaku, Lysander." geram Draco.

"Sudahlah-" tanpa diduga Draco menarik lengan kirinya menggunakan kedua tangannya-yang melingkari bahunya- untuk melepaskan kepalan tangan Caroline di belakang pinggangnya.

Ia terpaksa membiarkan lengan kirinya di ulurkan karena Draco tidak akan berhenti sebelum ia duluan yang mengalah.

"Fine!" serunya. "Sebelum itu berhenti memelukku!"

Draco dengan rasa tak bersalah hanya menaikkan sudut bibirnya, membuat Caroline ingin menamparnya. Lalu dia mengambil tangannya tanpa ragu, meneliti. Ia hanya bisa memutar mata.

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now