43. The Stalker

1K 115 9
                                    


"Aku pun telah memperingatkannya kalau ia menjadi incaran Pelahap Maut di bulan Desember." kata Snape.

Draco hampir tersedak ludahnya sendiri. Ia memasang wajah datar seperti biasa, "Dan mengapa kau melakukan itu, Snape? Bukankah dia tidak tahu kau juga Pelahap Maut? Tidakkah dia bertanya-tanya darimana kau dapat informasi itu,"

Draco menghujatnya lagi, "Kau pun berlaku gegabah, Snape. Mungkin kau terlalu peduli padanya, ya kan?"

Ia memperhatikan bola mata hitam Snape. Ia akan kembali ke kamarnya sekarang.

"Aku harus mengajari anak itu berduel."

Draco tertahan di posisi berdirinya. "Mengapa itu perlu?"

"Aku dan kau akan mengajarinya melawan Pelahap Maut. Untuk keselamatannya."

***

"Caroline, kau mau kemana?" Ginny berteriak di meja Gryffindor. Menonton Caroline keluar Aula Besar.

"Aku ada kelas tambahan!" seru Caroline berbalik sambil berjalan mundur.

"Kalian sudah tahu kalau Susan masih di Hospital Wing..." Hermione memulai percakapan baru dan berlanjut tanpa Caroline.

Caroline di ajak Draco untuk ikut kelas tambahan Pertahanan terhadap Ilmu Hitam. Dia berkata untuk menunggunya di Danau Hitam pukul empat sore. Awalnya ia menolak karena berpikiran Snape yang kejam di kelas biasa, ditambah lagi dengan kelas tambahan!

Tapi Caroline telah sampai di danau. Ingin tahu apa yang akan Snape ajarkan di kelas tambahan ini.

Ia mengecek jamnya, menduga-duga siapa yang ikut kelas ini selain dirinya dan Draco. Tidak muncul siapapun kecuali Draco dan Snape pada pukul tepat empat.

"Aku dipaksa berbohong olehnya." Draco berbisik saat cukup dekat dengan Caroline.

Dahi Caroline berkerut. "Dimana yang lain? Kenapa hanya aku dan kau?"

Profesor Snape menampilkan tampangnya seperti biasa. Datar dan dingin. Aura Snape memang selalu dingin, lain halnya dengan Draco. Si mata kelabu-biru itu punya aura yang seperti--kehangatan diselimuti kedinginan. Sejauh ini kemampuan membaca energi Penyihir semakin bagus.

"Ini bukan kelas tambahan." kata Snape. "Aku dan Draco memutuskan untuk melatihmu berduel. Karena keadaan yang aku katakan padamu di rumah Tonks."

Ia menoleh pada Draco yang hanya didapati tatapan dalam dari laki-laki itu. Jadi, mereka bekerja sama untuknya setelah berseteru panjang?

"Aku bisa berduel dengan baik!" Caroline menyela. "Dan kalau kau belum tahu aku bisa Wandless."

"Pelahap Maut, tidak hanya menggunakan tongkat sihir. Tapi senjata lain." tegas Snape.

"Mereka biasanya pandai bermain pisau."

Kedengarannya cukup menakutinya. Luka sebab tusukan pisau lebih parah daripada mantra kejut karena lukanya tidak bisa dibalikkan lagi dengan mantra. Itu merusak organ.

"Dan mereka juga bersekutu dengan manusia serigala, seperti kata Snape." tambah Draco. Yang sebenarnya bertambah buruk.

"Well, jika itu ancaman diluar sana, mengapa tidak semua murid melakukan kelas ini?"

Draco menggeleng. "Berhenti peduli dengan semua orang, Caroline. Kita tidak bisa melakukan itu,"

"Tentu saja bisa!" seru Caroline, akhir-akhir ini Draco tidak sejalan dengannya. Dan lebih sering menyuruhnya untuk mengikuti keinginannya.

Draco melirik pada Snape. Ia menjadi semakin jengkel saat Draco menarik lengannya untuk bicara, tanpa Snape.

Caroline menyilangkan tangan di dada. Menunggu Draco membuka mulut.

Selenophile [ Draco Malfoy ]Where stories live. Discover now