Guru Muda

1.1K 120 8
                                    

Levi dan yang lainnya berada di tempat tongkrongan dekat jalan raya, sebenarnya tidak setiap hari mereka selalu ada disana, mereka berada disana pasti karena suatu alasan, akan melakukan perkelahian atau balap liar, kadang dua-duanya dan selalu sukses mengundang perhatian polisi.

Kalau belum ada polisi yang tidak apa-apa, mereka akan tetap melanjutkan selagi masih belum puas dan malam yang masih panjang.

"Mana Zeke sialan itu, apa dia takut padaku?" Gumam Levi, ketika mereka sudah berada disana hampir satu jam penuh.

Eren berdecak kesal. "Memangnya apa lagi? Dia pasti melarikan diri.."

Jean yang tengah membaringkan tubuhnya di aspal ikut menimpali. "Aku tak yakin dia melarikan diri, mungkin hanya terlambat saja.." ujarnya, mengingat Zeke yang tak pernah melarikan diri setiap mereka mengadakan perkelahian.

"Benar-benar tidak kompeten!" Levi melipat kedua tangannya di dada.

Brummm!!

Suara berisik motor berhasil membuat semua orang yang ada disana menoleh kebelakang, dilihatnya Zeke dan kawan-kawan yang mulai menghampiri rombongan Levi.

Levi menatap Zeke marah ketika mereka sudah sampai dihadapannya.

"Terlambat!" Sentak pria kecil itu.

Zeke menyeringai. "Hanya terlambat kan? Salah kalian sendiri kenapa datang lebih awal.."

Levi hampir saja memukul wajah Zeke kalau saja Hange tidak segera menahan lengannya. "Sudahlah Levi, kita segera mulai saja" ucap Hange.

Levi membuang nafasnya perlahan-lahan untuk membuat dirinya menjadi sedikit lebih tenang, lalu Zeke turun dari motor dan melipat kedua tangannya di dada.

"Baiklah cebol, apa yang akan kau pertaruhkan sekarang?" Tanya pria pirang yang sedikit brewok itu.

Begitulah biasanya, mereka akan mempertaruhkan sesuatu jika ada balap liar, yang kalah harus memberikan apa yang mereka pertaruhkan.

Biasanya Levi akan bertaruh dengan uang, namun karena semua uangnya di ambil oleh ibunya, ia tak punya pilihan lain selain mempertaruhkan benda lain yang ia punya.

"Aku akan mempertaruhkan motor kesayangan ku.." ucap Levi, sambil menepuk-nepuk motor yang sangat dicintainya, motor itu adalah motor yang sangat berharga karena setiap ada perkelahian, kejar-kejaran dengan polisi ataupun di usir oleh ibunya dari rumah, motor itu selalu ada bersamanya, jadi ia akan berusaha memenangkan balapan demi motor kesayangannya.

Zeke menyeringai dibuatnya. "Kau akan kehilangan motormu malam ini.."

Levi membuang ludahnya. "Coba saja.."

Semua orang yang ada disana bersorak, Zeke serta Levi langsung menaiki motornya masing-masing, namun semua orang langsung terdiam seketika saat seorang pria berlari ke arah mereka, sorakan dari teman-teman yang mendukung keduanya juga berhenti dan jadi hening.

Pria itu memakai masker dan topi, sehingga yang terlihat hanyalah bola matanya saja yang tampak secerah lautan.

Levi dan Zeke saling berpandangan sejenak, lalu ia menatap pria yang terengah-engah dan berdiri didekat kumpulan anak-anak tersebut.

"Temanmu?" Tanya Levi sedikit sinis pada Zeke, ketika pria itu tampak kebingungan.

"Seharusnya aku yang bertanya, dia temanmu?"

Levi balas menggeleng, lalu ia menatap pada orang yang baru saja sampai disana, bukan hanya Levi, semua orang juga langsung menatap ke arahnya.

"Maaf, saya mengganggu kalian?" Tanya orang itu.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now