Lamaran

306 46 14
                                    

Satu bulan kemudian, Levi akhirnya menyiapkan lukisan nya untuk di pamerkan pada semua orang, ia menghubungi Theo Magath bahwa dirinya sudah siap dengan lukisan yang akan di bawa nya besok, tentu saja itu membuat Theo berantusias untuk segera melihat lukisan itu besok pagi, ia juga akan meminta bodyguard nya untuk membawa lukisan Levi besok pagi ke taman dimana air mancur warsawa berada.

Levi benar-benar tak bisa tidur, ia terus menantikan hari esok seolah itu adalah hari paling spesial di hidupnya, sangat spesial sampai-sampai ia membayangkan nya berlebihan.

"Apakah aku masih bermimpi?" Ia menepuk-nepuk kedua pipi nya, benar-benar tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Lalu sekali-kali Levi akan menatap lukisan nya di samping tempat tidur, menggambarkan seorang manusia berambut pirang dengan bunga-bunga berwarna ungu yang bermekaran di depannya, ada bebatuan tinggi dan juga padang rumput yang luas, awan indah yang di buat semenawan mungkin agar itu terlihat sempurna ketika di kolaborasikan, benar-benar lukisan yang indah.

Namun senyuman dari bibir Levi langsung menghilang seketika, ketika sadar bahwa pria di dalam lukisan nya sangat mirip dengan Erwin, meskipun sebenarnya saat melukis itu, ia memang membayangkan Erwin sebagai objek lukisan nya.

"Aku bosan dengan hubungan ini" ucap Levi, seolah-olah ia sedang berbicara dengan lukisan yang bisa mendengar nya.

"Besok, aku akan mengakhiri hubungan ku denganmu, aku mungkin akan mencari wanita yang mengerti diriku, kau memang mengerti aku, tapi kau sudah tidak menemaniku lagi, aku membutuhkan seseorang yang menemaniku" ujarnya.

"Dan untuk lukisan yang aku janjikan, tenang saja, itu akan menjadi lukisan terakhir yang kubuat untukmu, mungkin saat aku memperlihatkan lukisan itu padamu, kita sudah tidak berhubungan lagi, guru muda.." lirihnya, tersenyum kecil sambil menatapnya, sampai akhirnya ia benar-benar tidur dan terlelap dalam mimpi yang tak bisa dibilang indah.

Lalu keesokan paginya, ada dua orang pria tinggi besar yang di kirim Theo ke asrama nya untuk mengambil lukisan Levi dan memindahkannya ke pameran yang di adakan di air mancur warsawa, dengan senang hati Levi mempersilahkan mereka membawanya, sementara Onyankopon menatap ketiganya dengan wajah kagum.

"Jadi kamu benar-benar memamerkan lukisanmu?" Tanya Onyankopon, sambil berjalan mengikuti Levi menuruni tangga.

Levi mengangguk. "Aku kan sudah bilang berkali-kali" ucap pria kecil itu.

"Saya hanya terkejut, tapi saya ikut senang Levi" ujarnya sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Levi.

Levi balas menjabat tangannya. "Hooo ini semua juga berkat dirimu yang selalu membantuku, jangan tinggalkan aku yaa?" Ucap Levi, sambil menepuk-nepuk pundak Onyankopon.

Onyankopon terkekeh sambil mengacak rambutnya. "Tentu, saya akan selalu membantumu, Levi"

Deja vu, itulah yang dirasakan Levi untuk sekarang ini, namun ia segera menggelengkan kepalanya dan berjalan cepat menuju ke parkiran.

"Onyankopon, kau ikut aku kan?" Tanya Levi.

"Saya belum mandi Levi, mungkin saya akan pergi agak siang, saya tak akan melewatkan pameran mu" ucapnya.

Levi tersenyum senang. "Baiklah, aku tunggu!" Seru Levi, seraya masuk kedalam mobil yang kini membawa lukisan nya di belakang, mobil ini sangat mirip dengan mobil pick up, dengan Levi yang duduk di depan, satu bodyguard yang menyetir dan satu lagi ada di belakang memegangi lukisan Levi, barulah setelah itu mereka melaju pelan menuju air mancur warsawa.

Levi membuka handphonenya, mengetik pesan kepada Erwin tanpa keraguan apapun, ia sudah memutuskan nya, dan ia yakin kalau dirinya akan baik-baik saja tanpa Erwin.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now