Tempat Rahasia Erwin

465 68 7
                                    

Kali ini Erwin tidak berbohong akan menjemput Levi, pria itu langsung menjemput Levi ke kamarnya tepat pukul enam lebih tiga puluh menit, Erwin menghampiri kamarnya lalu mengetuk pintu kamar Levi.

"Levi, ini saya.." Erwin bersuara sambil terus mengetuk, hingga akhirnya ia bisa tersenyum lega saat Levi membukakan pintu untuknya.

"Ini terlalu awal" protes anak itu.

Erwin menaikan kedua alisnya. "Justru lebih baik, kamu bisa belajar lebih lama, jadinya tidak cepat mengantuk"

Levi memutar bola matanya, lalu ia menutup pintu kamar untuk ikut bersama Erwin ke perpustakaan, selama ia bersekolah disini, ia tidak tahu dimana letak perpustakaan, karena ia juga tidak tertarik dengan tempat itu.

Perpustakaan tidak terlalu jauh dengan ruang guru, keduanya memasuki perpustakaan bersama, seorang wanita tua pengurus perpustakaan tersenyum ramah menyambut mereka.

Erwin menuju rak buku yang berhubungan dengan matematika yang akan dipelajarinya, lebih tepatnya dipelajari Levi, kebetulan ia dekat dengan Mike dan bisa mempelajari beberapa rumus serta hitungan darinya, jadi ia tidak perlu membaca banyak buku untuk membantu Levi menghapal.

"Erwin, kucingmu yang kemarin mana?" Tanya Levi, karena seingatnya kucing itu kemarin tertidur di kamarnya.

"Mungkin ada di ruang guru, dia sering berkeliaran sesuka hati" jawab Erwin.

Levi mengangguk, ia hanya ingin tahu dimana kucingnya berada, kucing itu sangat lembut dan juga bagus, ia jadi tertarik untuk memilikinya, ia akan membayar berapapun supaya Erwin mau menjual kucing itu padanya.

Levi menepuk-nepuk pundak Erwin, pria yang tengah mencari buku itu langsung menatap Levi. "Kenapa?" Tanyanya.

"Apa kau sedang membutuhkan uang?" Tanya Levi.

Erwin mengernyit, lalu menggeleng. "Tidak" jawabnya singkat, lalu kembali mencari buku di rak-rak yang ada dihadapannya, namun sebelum itu Levi langsung kembali menepuk bahunya.

Erwin kembali menoleh. "Apa lagi?" Tanyanya.

"Kau mau menjual kucingmu padaku?" Tanya Levi, sontak membuat Erwin membulatkan bola matanya.

"Kamu ingin saya menjual Elio kepadamu?"

"Tidak, aku hanya ingin kamu menjual kucingmu padaku"

Erwin menegakkan badannya dan menatap Levi dengan tajam. "Kenapa kamu ingin saya menjual Elio?"

Levi menggeram kesal. "Aku ingin kamu menjual kucingmu, bukan Elio!"

"Nama kucing saya Elio!"

Levi terdiam dan menggaruk tengkuknya, ia lupa dengan nama kucing milik Erwin, jadi ia hanya menanggapinya dengan cengiran lebar.

"Maaf aku lupa, tapi kau mau menjualnya padaku kan?"

Erwin sontak menggeleng. "Tidak, Elio sudah seperti anak saya sendiri"

Levi menganga tak percaya. "Anak, kau bilang?"

Erwin mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Levi masih menatapnya tak percaya.

Lalu Erwin menarik satu buku dari dalam rak tersebut dan kembali menatap Levi. "Kalau kamu menyukai Elio, kamu bisa membantu saya merawatnya, hitung-hitung latihan untukmu mengurus anak di masa depan" ucap Erwin.

"Kau menginginkan anak di masa depan?" Tanya Levi sedikit khawatir.

"Kenapa? Kamu tidak mau punya anak?" Tanya Erwin lagi.

Levi menggaruk tengkuknya. "Bukan begitu Erwin, kau tahu sendiri kalau aku ini laki-laki, aku tidak bisa melahirkan dan aku tidak bisa punya anak"

Erwin tersenyum dibuatnya. "Kamu pikir memiliki seorang anak harus dengan melahirkan saja?"

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now