Hari Ketiga, Keliling Bazar

385 58 10
                                    

Semua murid kembali berkumpul di bazar, kaki Levi sudah bisa berjalan lagi meksipun rasa nyeri masih dapat ia rasakan, tetapi tidak parah seperti kemarin.

"Hari ini ada lomba apa saja?" Tanya Levi.

Erwin melihat jadwal lalu berucap. "Lomba cerita pendek di ruang dua puluh dua, jam delapan, lomba membaca puisi di ruang dua puluh lima, jam delapan, lomba menggambar digital?" ( Karena aku gatau lomba apa aja yg sering diadain di Jepang, aku pakai lomba yang selalu di adain di Indonesia aja ya)

"Aku saja" ucap Rico, anak berkacamata itu sangat jago dalam menggambar didalam laptop atau handphone, beda lagi jika menggambar di atas kertas, kalau Levi sebaliknya, ia tidak terlalu pandai dalam menggambar digital, meskipun sebenarnya ia bisa, namun kemampuannya masih harus di asah.

"Baik Rico, jam sepuluh di ruang lima belas" ucap Erwin, lomba menggambar digital adalah lomba dimana murid harus menggambar di laptop atau tablet yang akan diberikan panitia.

Erwin melanjutkan. "Lomba bazar dari jam tujuh sampai jam empat sore, lalu terakhir ada graffiti dari jam sebelas siang sampai jam empat sore, itu jadwal hari ini" ucap Erwin, sambil memberikan kertas yang tadi ia baca kepada Petra.

"Untuk yang mengikuti lomba membaca puisi dan menulis cerita pendek, kalian bisa langsung ke ruangan sekarang, takutnya telat" ucap Erwin.

Moblit yang mengikuti lomba cerita pendek dan Eld yang mengikuti lomba membaca puisi langsung beranjak dan pergi ke kelas yang hendak dipakai untuk lomba, yaitu ruang dua puluh dua dan ruang dua puluh lima, lumayan berdekatan.

Setelah mereka berdua pergi, stand bazar menjadi hening.

"Sekarang kita mau apa?" Tanya Farlan, menatap Petra, Ghunter, Erwin dan Levi yang hanya ada disana, karena teman-temannya yang lain tengah berjalan-jalan keliling bazar dan melihat-lihat pentas seni yang sedang di adakan oleh anak dance dilapangan, sekedar untuk memeriahkan.

"Buka bazar buka bazar" ucap Erwin, lalu mulai mengeluarkan semua barang-barang yang hendak mereka jual, tak lama setelah mereka membuka kedai, banyak para murid yang mengerumuni bazar mereka hanya untuk sekedar melihat patung dan lukisan, ada juga yang hanya sekedar membeli cup ramen untuk makanan mereka yang ingin simple.

"Lukisannya di jual?" Tanya salah satu murid.

"Di makan" gumam Levi, jelas-jelas di jual lah.

"Kalian bisa membelinya jika merasa tertarik" ucap Petra di iringi senyuman manis.

Kebanyakan yang membeli lukisan mereka adalah para wanita, dan yang membeli banyak sekali makanan adalah para pria, Erwin dan yang lainnya hampir kewalahan menghadapi pelanggan yang datang terus menerus, meskipun kebanyakan hanya sekedar melihat lukisan saja.

Farlan menepuk-nepuk pundak Ghunter sambil menunjuk ke bazar didepan mereka, kelas Marketing sedang menggantung beberapa manisan yang tampak lezat, langsung saja Ghunter dan Farlan lari menyerbu bazar kelas marketing.

Petra mendengus sebal seraya melipat kedua tangannya. "Menyebalkan!"

Levi menarik-narik lengan baju Erwin sambil menunjuk ke bazar buku milik kelas sepuluh akuntansi, Erwin seketika langsung menarik tangan Levi untuk pergi kesana.

"KALIAN JUGA SAMA SAJA!" Teriak Petra, namun teriakan Petra di tenggelamkan oleh suara anak-anak yang mengoceh disana, karena hampir ada puluhan siswa yang berkumpul di stand bazar hanya untuk jajan dan melihat-lihat.

Kini yang tinggal di bazar mereka dan menangani para pelanggan hanya tinggal Petra saja.

Erwin dan Levi melihat-lihat buku yang harganya sangat murah, Erwin terus menerus mengambil buku seolah akan membeli semuanya, Nanaba sudah nyengir lebar saat melihat Erwin dengan tumpukan buku di sebelah tangannya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now