Sampai Jumpa Levi

336 45 5
                                    

Mereka bertiga sampai di airport tepat pukul satu siang, masih ada waktu selama satu jam sebelum pesawat Levi berangkat.

Kuchel menyerahkan kopernya kepada Levi, melihat anaknya yang akan pergi jauh membuat perasaan nya tak karuan, ia bimbang dan takut kalau Levi tak bisa mengurus dirinya dengan baik.

Tatapan Erwin sama sedihnya dengan tatapan Kuchel, ia juga takut kalau Levi mengalami hal buruk dan tak ada yang menemani disana, meksipun Erwin berharap kalau pria kecilnya itu bisa mendapatkan teman yang baik disana.

Sebelum Levi masuk kuliah disana, ia juga harus sekolah bahasa Prancis selama tiga bulan untuk memperlancar bahasa negara tersebut.

Levi menatap Erwin dan ibunya secara bergantian, tersenyum lembut dan berdiri mematung sambil memegangi kopernya, raut wajahnya tampak sedih karena ia harus meninggalkan Erwin untuk beberapa tahun kedepan, entah kapan ia akan pulang.

Levi tidak menatap ibunya sedikitpun, karena ia sudah terbiasa berjauhan dengan ibunya, jadi ia tidak terlalu mempermasalahkannya, namun masalahnya ada di Erwin, ia tidak bisa jika harus berjauhan dengan kekasihnya itu.

Erwin mengusap rambut Levi dengan lembut. "Tidak apa-apa, saya yakin kalau kamu bisa menjalani kehidupan disana sendirian, meskipun saya tidak bisa lagi membantu secara langsung, tapi saya akan mendengarkan keluh kesah kamu melewati telepon dan massage"

Levi tersenyum kecil dan mengangguk, tidak dapat di pungkiri bahwa dia masih tidak rela meninggalkan Erwin, ia ingin pergi bersamanya.

"Tidak bisakah kau ikut?" Tanyanya, air matanya tiba-tiba menetes begitu saja.

Erwin mengacak rambut pria kecilnya dengan gemas. "Saya akan menunggumu disini"

Levi kembali cemberut, menunjukkan ekspresi kekecewaan di wajahnya, membuat Kuchel menggelengkan kepalanya.

"Kalau kau terus memasang wajah seperti itu, Erwin akan khawatir" ia bersuara, membuat Levi mendelik padanya.

"Tidak apa, biar saja dia khawatir, supaya dia ingin ikut denganku"

Kuchel berkacak pinggang. "Jangan mengatakan yang tidak-tidak ya!"

Erwin terkekeh, masih terus mengusap surai lembut milik Levi, entah mengapa itu lebih lembut dari biasanya.

"Bisakah ibu meninggalkanku dengan Erwin sendirian?" Pinta Levi. "Aku sudah cukup melihat wajahmu" ucapnya, yang membuat Kuchel memutar bola matanya, sepertinya Levi memang sudah terbiasa jauh darinya.

"Baiklah, ibu akan mencari makan saja, Erwin, nanti ibu akan memberitahu kamu lokasinya"

Erwin mengangguk menatapnya. "Baik, Kuchel-san"

Akhirnya Kuchel pergi karena tak ingin mengganggu mereka, tepat setelah kepergian Kuchel, Levi langsung memeluk Erwin dengan erat, sangat erat sehingga Erwin sedikit kesulitan untuk mengambil napas, namun ia tak bisa mengatakan bahwa ia keberatan dengan pelukan Levi, nyatanya ia sangat menyukai pelukan itu.

"Pulanglah setelah kamu selesai.." ucap Erwin, balas memeluk Levi dengan satu tangannya. "Kamu harus pulang.."

Levi mengangguk, mengalungkan kedua tangannya di leher Erwin, mengadah menatap pria yang kini menahan pinggangnya.

Erwin mendekatkan wajahnya pada wajah Levi, lalu bibirnya mulai mengecup bibir Levi, kecupan manis itu berubah menjadi ciuman lembut yang membuat Levi merasa sangat nyaman, ia ingin terus berciuman dengan Erwin untuk saat ini, ia tidak ingin melepaskan ciuman itu sampai waktu keberangkatan nya tiba.

Erwin memberikan kesan terbaik dalam hidupnya untuk mengejar mimpi, ia yang tidak pernah memikirkan masa depan, memikirkan impian, memikirkan rasa cinta, semuanya berubah karena seorang pria dengan rambut pirang dan mata biru lautnya yang sangat ia kagumi, pria yang memiliki kesamaan hobi dengannya, pria yang memberikan semua kenangan manis kepadanya, pria yang tidak akan pernah Levi biarkan lepas dari hidupnya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now