Kepemimpinan

406 65 10
                                    

Setelah selesai rapat dari ruang guru bersama kepala sekolah dan guru lainnya, Erwin memutuskan untuk pergi ke lab dan menyelesaikan tugas menilai lembaran jawaban siswa dan memasukan nilai mereka.

Namun saat ia berjalan keluar kelas, Mike menahan lengannya dan menyuruh Erwin untuk berbalik.

"Ada apa Mike?" Tanya Erwin dengan suara serak.

"Kau sehat?" Tanya nya sambil menaikkan sebelah alisnya. "Cuaca panas begini malah pakai syal dan masker"

Erwin menghela nafasnya, lalu ia menjawab sekenanya. "Saya sedang sakit" ucap Erwin, sambil memeluk tubuhnya sendiri seolah-olah ia merasa kedinginan, meskipun sebenarnya tidak, dan apa yang dikatakan Mike barusan benar, cuaca hari ini sangat panas.

"Sakit?" Mike tampak kebingungan.

Namun Mike memilih untuk mengedikan bahunya sambil terus menatap Erwin yang keringat nya mulai bercucuran dari pelipisnya.

"Sudah ya Mike, saya masih ada urusan" ucap Erwin, yang langsung berlari menjauh dan pergi menuju lab yang dingin dan ber-AC, setidaknya lebih baik daripada di luar sana.

Erwin membuka pintu lab, dan isinya masih sama, sama-sama berantakan karena ia memang belum membereskannya, dengan segera ia membuka masker dan syalnya, menikmati rasa dingin yang ia rasakan di sekujur tubuhnya yang sedari tadi tampak berkeringat gerah, Levi benar-benar membuatnya tersiksa.

Erwin mengunci pintu lab karena takut ada yang masuk kesana, lalu ia menyalakan musik dari radio dengan suara keras, beginilah kegiatannya setiap hari jika akan bekerja untuk memasukkan beberapa nilai murid.

Erwin bernyanyi kencang mengikuti alunan lagu One Piece yang berjudul memories disana, karena saat sendirian dia bisa menunjukkan ekspresi apapun tanpa harus berpura-pura kalem lagi.

"BERISIK!" Balas seseorang yang berteriak dari luar, Erwin sambil berdecak kesal langsung bergegas dan membuka kunci pintu.

"Apalagi Mike?" Tanyanya dengan suara yang amat kesal.

"Ini, dari kepala sekolah" Mike memberikan sebuah map yang entah apa isinya.

"Er—wow" ujar Mike ketika tidak sengaja melihat leher Erwin yang penuh dengan kemerahan.

Erwin segera menutupi lehernya dengan kedua tangan. "I-ini hanya alergi, saya alergi dingin!"

Mike menaikan sebelah alisnya. "Di lab kan dingin"

"Maksud saya, panas.. yahh.. alergi panas" ujarnya sambil tertawa renyah.

Mike menggelengkan kepalanya, jelas-jelas itu adalah tanda bekas kepemilikan, lalu ia menatap bibir Erwin yang membengkak dan memiliki bekas luka.

"Win, kamu..."

"Su-sudah ya Mike!" Ucap Erwin, yang hendak menutup pintu lab namun Mike segera menahannya.

"Tunggu dulu Erwin!" Ia sedikit menyentak, membuat Erwin tidak jadi menutup pintunya.

"Aku tahu kalau kau berpacaran dengan Levi, tapi aku tak menyangka kalau dia yang memimpin" ucap pria pirang yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

Erwin kebingungan. "Apa maksudmu dengan memimpin?" Tanyanya.

Mike memutar bola matanya. "Kau tahu istilah seme-uke, suami istri, nah aku tak menyangka kalau Levi yang akan menjadi suamimu dan kamu yang akan menjadi istrinya, padahal kamu lebih besar darinya"

Tepat setelah Mike mengatakan itu, Erwin menghadiahi satu pukulan di perutnya.

"Aku tidak akan menjadi istrinya, sialan" si formal itu kini berubah dan mulai memperlihatkan sisi kekesalannya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now