Belajar

444 73 13
                                    

Setelah kelas bubar, Levi langsung berlari menghampiri Erwin dengan wajah panik, Erwin yang melihat pria kecil milik nya membuat ekspresi wajah panik seperti itu, tentu saja membuatnya ikut panik.

"Ada apa Levi?" Tanya Erwin.

Levi seperti orang yang akan menangis, namun kini ia benar-benar menangis dan membuat Erwin terkejut.

"Hei, kamu kenapa?" Tanya Erwin sedikit panik, karena Levi menangis tiba-tiba.

"Tentang lomba ranking satu, tolong bantu aku belajar, aku benar-benar tidak mengetahui apapun, otakku pas-pasan, aku tidak suka belajar, aku tidak suka pelajaran apapun kecuali melukis, aku akan mati dibabak pertama saat lomba nanti"

Erwin menghela nafasnya, ternyata hanya karena lomba ranking satu?

"Jangan menangis Levi, kamu bisa melakukannya, jangan takut kalah, nanti saya akan membantu kamu belajar.." ucap Erwin, sambil menepuk-nepuk pundak Levi dan menenangkannya agar tidak menangis, padahal saat di kelas tadi, Levi sangat percaya diri untuk mengikuti lomba ranking satu, namun ternyata wajah percaya dirinya itu hanyalah kebohongan.

Meskipun Erwin telah berkata demikian, tetap saja Levi merasa panik, walaupun ia belajar dengan giat, tidak akan ada satu materi pun yang masuk ke otaknya.

"Malam ini kita bertemu di perpustakaan" ucap Erwin, yang hendak berlalu namun Levi langsung menahan lengannya.

"Memangnya di sekolah ini ada perpustakaan?" Tanya Levi, sambil mengusap air matanya.

Erwin mengerutkan dahinya. "Kamu tidak tahu kalau di sekolah kita ada perpustakaan?"

"Aku kan tidak tahu" ucapnya sambil cemberut, lalu Erwin langsung menarik bibir cemberut Levi dengan gemas.

"Ya sudah, nanti malam saya akan menjemput kamu ke kamar mu, kita akan pergi setelah makan malam selesai" ucap Erwin, mengacak rambut Levi lalu pergi berlalu sambil melambaikan tangannya.

Levi tersenyum menatap kepergian guru muda kesayangannya, seandainya hari libur masih tersisa, ia dan Erwin pasti akan lebih banyak melakukan kegiatan yang menyenangkan, namun berada disisinya semalaman adalah suatu hal yang baik, setidaknya Levi masih bisa berada disamping Erwin.

Levi langsung saja menuju ke kamarnya untuk mengambil pakaian lalu segera pergi ke kamar mandi, ia tidak ingin membuang waktu dan ingin segera bertemu Erwin dan menghabiskan waktu berdua dengannya.. ekhem.. mungkin maksudnya menghabiskan waktu dengan belajar bersamanya.

Setelah selesai mandi, ia kembali ke kamarnya untuk menyimpan baju kotor, ia jarang mencuci pakaian, mungkin ia akan mencucinya sebulan sekali, lagi pula baju ganti nya sangat banyak.

Sekitar pukul tujuh malam, Levi sudah stand by menunggu Erwin didepan kamarnya, meskipun ia tidak tahu kapan pria pirang itu akan menjemputnya, namun tetap saja ia menunggu meski harus semalaman.

"Hai Levi-san"

Seseorang menyapanya, dan ternyata itu adalah Armin yang tersenyum manis ke arahnya, anak itu lebih menyenangkan dari sebelumnya yang terbilang menyebalkan, liburan benar-benar telah mencuci otak mereka.

"Hai" Levi balas menyapa.

"Tidak ke aula untuk makan malam?" Tanya Armin, yang memang tidak pernah melihat Levi ikut malam di aula.

"Kurasa tidak, aku tidak terlalu suka makan di tempat yang ramai.." jawab Levi, yang sebenarnya ia tidak mau memakan sayuran yang disediakan pihak sekolah.

Armin mengangguk paham. "Kalau begitu saya permisi.."

Levi mengangguk dan anak itu berlalu pergi, kini ia kembali sendirian sambil berharap kalau Erwin segera menjemputnya, namun sudah tiga jam berlalu dan pria yang di tunggu masih belum menunjukkan batang hidungnya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now