Ujian Dan Kebebasan

585 93 3
                                    

Murid-murid menjadi semakin giat belajar, kecuali Levi yang masih terus bersantai-santai meski besok sudah mulai ujian, ia malah terus memainkan alat lukisnya dan menyelesaikan gambaran yang mungkin sangat berharga baginya, setiap guratan yang dihasilkan oleh pensil nya terlihat rapi seolah tak ingin membuatnya rusak sedikit pun.

Besok sudah mulai ujian, Levi hanya berharap bahwa ibunya mendoakannya dari jauh sehingga nilainya bagus, tak perlu belajar dan berserah diri kepada dewa tidak masalah.

Dan soal contekan, semenjak Petra dan Eld di skorsing selama dua Minggu, teman-temannya di kelas mulai bersikap baik pada Levi, mereka semua meminta maaf atas perlakuan buruk terhadap nya, tentu saja dengan sedikit tak ikhlas dan paksaan dari Erwin, Levi mau memaafkan mereka semua.

Jadi ia bisa menyontek pada teman-teman barunya.

"Gambaranku tak akan selesai dalam waktu singkat.." ia mulai mengeluh saat melihat hasil karyanya, ia masih membutuhkan ide lain untuk menuangkan apa yang ingin ia gambar di atas kertas putih yang setengah nya sudah terisi.

"Erwin Smith.." Levi menggumam. "Erwin Smith, guru muda itu selalu menjadi inspirasi gambaranku, aku selalu menggambar wajahnya tanpa diminta, rasanya damai saat aku melukis wajahnya di atas kertas, bahkan ayunan pena-ku selalu bergerak dengan lihai, tak ada paksaan saat aku ingin menggambarnya" ia menyunggingkan senyumnya, mengambil beberapa lukisan Erwin yang dia buat.

Erwin yang tengah tersenyum, Erwin yang tengah tertawa, Erwin yang tengah cemberut, Erwin yang tengah tertidur, Erwin yang tengah marah, Erwin yang tengah menangis, Erwin yang tengah menyatakan cinta entah kepada siapa, namun semua yang ia lukis beberapa bulan terakhir ini hanyalah tentang Erwin Smith.

Mungkin Erwin sangat sempurna sehingga Levi merasa kagum padanya, hanya rasa kagum, tak ada perasaan lain bukan? Kalaupun iya, mana mungkin ada dan itu tidak masuk akal.

Namun lukisan yang kali ini ia buat agak berbeda, karena itu adalah lukisan yang ia janjikan pada Erwin saat dirinya pertama kali mengenal sekolah ini, ia harus membuat lukisan ini terlihat luar biasa supaya Erwin kagum akan keindahan dan bakatnya dalam menggambar, ia ingin Erwin menilainya, bukan hanya sekedar menilainya, namun juga menikmati karyanya.

Levi yang masih melukis tiba-tiba menguap, ia sudah sangat mengantuk dan biasanya menggambar dalam keadaan mengantuk akan membuat gambar nya terlihat kacau, jadi ia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu dan melanjutkannya di kelas besok.

Levi membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu memejamkan kedua matanya dan terlelap dalam mimpi yang indah.

Lalu keesokan paginya Levi terbangun untuk memulai hari yang sangat panjang, ia tidak perlu mendapatkan nilai yang sempurna, asal ia bisa lulus dari sekolah terkutuk ini ia sudah merasa lebih baik.

Selama ujian Levi terkejut karena tidak ada seorangpun anak yang mencontek, berbeda dengan sekolahan yang ia tempati sebelumnya, anak-anaknya akan ribut dan saling membagi jawaban, namun disini tak ada satupun yang berbisik-bisik meminta jawaban dari temannya, tidak ada satupun sehingga membuat Levi merasa malu jika ia menyontek pada orang lain.

Benar-benar sekolah terkutuk yang merepotkan, batinnya.

Guru yang mengawasi juga terus berkeliling untuk memastikan tak ada murid-muridnya yang menyontek atau bahkan membawa contekan, meskipun guru tersebut jarang mendapati kasus seperti itu, tetap saja ia khawatir dan tak ingin itu terjadi jika mereka tidak di awasi.

Di hari-hari berikutnya kejadian yang sama terulang kembali, masih tidak ada anak yang menyontek atau menyembunyikan contekan, membuat Levi kembali minder karena ia tak ingin di cap sebagai murid yang cuka mencontek, bisa-bisa ia kena masalah lagi.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang