Satu Langkah Menuju Impian

233 42 1
                                    

Ungkapan cinta Erwin beberapa hari lalu membuat Levi semakin ragu untuk ia memutuskan hubungan, namun ia juga tidak ingin bertahan dalam hubungan yang tidak jelas seperti ini, ia butuh perhatian dari kekasihnya, namun Erwin bahkan jarang sekali mengobrol atau meneleponnya, ia selalu merindukannya namun Levi ragu ketika ingin menelponnya, takut kalau Erwin sedang sibuk atau semacamnya.

Levi sedang melukis di kelasnya, sementara ada guru yang berkeliling untuk melihat hasil lukisan mereka, dan mereka di perintahkan untuk melukis objek yang ada di hadapan mereka, yaitu berupa seorang pria yang menatap sedih para mahasiswa di sana.

"Ingat, kalian harus bisa mengekspresikan perasaan pada gambar yang kalian buat, mengerti?" Ucap sang dosen.

Semua mahasiswa mengangguk dan mulai fokus, namun Levi sedikit tak bisa fokus karena ia terbayang akan ucapan Erwin tempo hari, apakah dia serius saat mengucapkan bahwa ia mencintai Levi?

Levi sudah akan mengakhiri hubungan dengannya, namun Erwin kembali membuatnya bimbang, ia merasa seperti di tarik ulur olehnya.

"Mr Ackerman!" Sentak sang dosen, yang membuat Levi terperanjat kaget.

"Y-ya?" Tanya Levi sedikit panik.

"Jangan melamun, kerjakan tugasmu!" Sentaknya.

"Ma-maaf!" Ucap Levi, yang langsung kembali melukis di atas canvas nya.

Namun anehnya yang ia lukis di sana bukanlah gambar dari objek manusia yang ada di hadapannya, melainkan itu adalah dirinya yang menatap sedih ke arahnya, mengapa ia malah menggambar dirinya sendiri!?

Levi berdecak kesal, lalu saat dia melihat dosen yang sedang mengomentari lukisan dari siswa lain, Levi segera mengambil tas nya dan alat lukis nya, lalu diam-diam pergi dari sana dan keluar dari kelas.

Setelah ia keluar dari kelas nya, ia merasa semakin hampa dan sedih, tak dapat di pungkiri bahwa ia sedang sangat sedih untuk sekarang ini, ia pergi ke kantin dan duduk sambil mengeluarkan lukisan yang ada di dalam tas nya, lukisan yang ia janjikan pada Erwin suatu saat nanti, lukisan itu sudah hampir selesai, hanya tinggal menambahkan detailnya saja, namun sayangnya Levi sedang tidak ada hasrat untuk melanjutkan lukisan nya.

Levi hanya menatap lukisan itu dengan sedih, rasanya ingin menangis karena ia benar-benar merindukan Erwin, lalu saat itulah ia mengeluarkan handphone nya dan mengetik sesuatu di Twitter nya.

@levi_ack: aku merindukan nya, lagi-lagi aku menangis

Setelah itu, ia kembali menyimpan handphone nya dan meletakan nya di atas meja, masih menatap lukisan itu dan tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu nya dari belakang.

Levi sedikit terkejut, namun ia segera berbalik badan, mendapati seorang pria tinggi berkulit kecoklatan namun bukan Onyankopon, dia seorang laki-laki tua yang mungkin seumuran dengan Pak Edward atau semacamnya?

"Iya? Ada apa?" Tanya Levi, berbicara se-sopan mungkin.

Pria itu tersenyum. "Halo, aku Theo Magath, aku lihat lukisanmu sangatlah indah, tuan?"

Levi sedikit tersenyum kecil. "Terima kasih Mr Magath, lukisan ini sebenarnya belum selesai" ucapnya.

Theo balas tersenyum. "Belum jadi saja sudah terlihat bagus, bagaimana jadinya jika sudah selesai nanti?"

Levi tertawa sambil menggaruk tengkuknya. "Entahlah, aku juga tidak tahu akan jadi seperti apa"

Theo tersenyum, lalu kemudian ia kembali bersuara. "Siapa namamu nak?"

"Levi, namaku Levi Ackerman" jawabnya.

Theo mengangguk. "Aku bertanya-tanya apakah kau bersedia memamerkan lukisanmu di pameran milikku?" Tanyanya. "Memang sedikit membutuhkan biaya tambahan, tapi karyamu akan di lihat oleh banyak orang" ujarnya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now