Ciuman

694 70 5
                                    

Erwin akhirnya sampai di bazar kelas Grafika, ia melihat Levi yang terkapar di tanah, sepertinya ia sudah melakukan semua pekerjaan nya, dan Erwin mencoba menghampirinya kembali.

Levi merasakan kehadiran orang lain, namun ia sangat malas untuk sekedar duduk dan berdiri, mengetahui orang itu adalah Erwin, ia malah semakin malas bahkan untuk membuka mata.

"Levi, mau sarapan?" Tawar Erwin, namun dibalas dengan gelengan kepala.
"Antar saya mengambil makanan mau?" Tanya Erwin, namun kembali di balas dengan gelengan kepala.

"Ayolah, saya kesulitan untuk mengambil semua makanan sendiri, kasihan teman-teman kita belum sarapan"

"Kenapa tidak minta tolong Farlan atau murid lain mengambilnya?" Akhirnya setelah sekian lama, Levi mau membuka suara dan berbicara menggunakan kata pada Erwin.

"Saya ingin bersama kamu" jawab Erwin.

Levi kembali menggeleng.

Erwin menghela nafasnya, lalu ia mengusap wajah Levi dengan sebelah tangannya, ia mengusap pipi Levi dengan ibu jari, lalu turun ke bibir dan terakhir lehernya.

"Ayo antar saya.." ia memintanya lagi, lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Levi. "Disini terlalu banyak orang"

Levi membuka matanya, lalu ia langsung mendudukan dirinya dan bangkit berdiri meninggalkan Erwin, seketika Erwin langsung ikut berdiri dan menyusul nya.

"Levi, tunggu, kamu mau kemana?" Tanya Erwin, seraya mencengkram lengannya dan menyuruhnya untuk berhenti.

"Bukankah kau bilang ingin di temani mengambil makanan?"

Mendengarnya, Erwin langsung tersenyum lebar lalu mengikuti Levi ke arah dapur untuk mengambil jatah makanan,karena setiap makanan pasti sudah disediakan untuk kelas masing-masing.

Jalanan tampak sangat sepi, karena hampir semua orang sedang berada di stand.

"Levi, kamu masih marah?" Tanya Erwin.

Levi tidak menjawab, ia kembali menjadi bisu seolah tidak ingin menanggapi pertanyaan Erwin.

"Kan sudah saya bilang, saya dan Armin hanya sebatas guru dan murid, kamu tidak perlu cemburu, lagi pula kamu ini adalah pacar saya"

Levi langsung berhenti berjalan, wajahnya memerah saat Erwin menuduhnya cemburu, ia berbalik dan menatap Erwin. "Aku tidak cemburu, aku hanya kesal!" Sentaknya.

"Memang apa bedanya?"

"Beda lah!" Sentak Levi, lalu kembali berjalan dan menambah kecepatannya, sehingga Erwin harus berlari untuk menggapai lengannya.

"Levi tunggu dulu, saya minta maaf"

"Tidak perlu minta maaf, kau tidak berbuat kesalahan sedikitpun, ini salahku karena terlalu kesal saat melihatmu dengan orang lain!"

Erwin kali ini seratus persen menilai bahwa Levi tengah cemburu, meksipun anak itu tidak mengakuinya secara langsung.

"Saya mengerti.." Erwin awalnya terdiam, lalu tiba-tiba mengangkat tubuh Levi dan berlari kecil menuju ke sebuah pohon besar dan bersembunyi dibalik nya, setelah itu ia langsung menurunkan tubuh Levi dan merapatkan punggung Levi ke batang pohon tersebut.

"Kamu tahu? Meskipun saya tidak peka dalam hal percintaan, tapi saya bisa tahu apa yang membuat sepasang kekasih yang sedang bertengkar kembali berbaikan"

Levi merasa jantung nya berdegup kencang. "Memangnya apa?" Tanyanya.

Erwin tersenyum. "Saya rasa, saya akan menarik kembali ucapan saya saat di kamar mandi kemarin"

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang