Takut

721 87 6
                                    

Mike mulai mengerti saat Erwin menceritakan semua kejadiannya, namun setelahnya ia tidak bersuara sedikitpun melihat Erwin yang terlampau panik dikarenakan anak murid yang dititipkan ibunya kepadanya kini kabur entah kemana.

"Kalau benar mobil yang dimaksud pak satpam itu mobil yang akan pergi ke kota, aku yakin Levi pasti ada disana, tak perlu khawatir.." ini bukan satu dua kali Mike menenangkan Erwin, namun tetap saja pria itu tampak khawatir dan lebih panik dari sebelumnya.

"Mike, lebih cepat" protesnya, yang membuat Mike tak punya pilihan lain selain mengikuti perintah Erwin.

Dan di sisi lain pula Levi turun disebuah pasar yang cukup ramai, ternyata mobil yang ia tumpangi mengarah ke pasar kota, ia harus mencari halte atau mungkin stasiun kereta yang menuju ke rumahnya, soal uang, itu tak ia pikirkan.

Ia lupa kalau dirinya tidak memiliki sepeser pun uang, jadi ia tidak bisa pulang ke rumahnya mengendarai kendaraan umum, ingin menelpon pun tidak punya handphone dan ia tidak bisa mengabari siapapun, ia memukul wajahnya sendiri dan memaki bahwa dirinya orang yang bodoh.

Levi berjalan tanpa tahu arah, ia juga tidak tahu jalan pulang ke kotanya sendiri.

Pria kecil itu terus melangkahkan kakinya hingga hari benar-benar petang dan ia kelelahan, akhirnya ia memutuskan untuk duduk di trotoar jalanan yang lumayan sepi, ia memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya.

Dari sekian banyak hari, jam, menit dan waktu, baru kali ini ia merasa menderita dan hancur, dan yang paling membuatnya menderita ialah mengetahui Erwin yang sudah tidak mempercayainya lagi.

Kenapa Petra dan teman-temannya tega melakukan hal itu kepadanya? Levi akui dia memang murid yang nakal, tapi tak pernah sekalipun ia mengganggu Petra ataupun teman-temannya, justru mereka sendiri yang mencari masalah dengan Levi.

Karena sedari pagi Levi belum memakan apapun, perutnya berbunyi menandakan bahwa ia meminta di isi, namun ia tidak punya uang hanya untuk membeli satu makanan saja.

Di tambah lagi selama empat hari sebelumnya yang Levi makan hanyalah buah-buahan saja, ia tidak menyentuh roti, nasi ataupun sayuran yang disediakan, kepalanya mulai pusing dan perutnya semakin melilit, ia kelaparan.

Levi menertawakan dirinya sendiri, jujur saja dia tidak pernah menderita hanya karena kelaparan, dia bisa memakan apapun yang ia mau dengan uangnya, namun kali ini situasinya berbeda.

Karena tidak kuat dengan rasa lapar dan pusing dikepala, akhirnya Levi menidurkan dirinya di trotoar, toh tempat itu sepi dan tak ada orang yang melewatinya.

Levi terengah-engah merasakan sakit di kepala nya, dan tak lama kemudian ia mulai kehilangan kesadaran, ia tertidur dipinggir jalan dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Namun Levi terbangun saat merasakan sekujur tubuhnya begitu sakit, bahkan langit sudah mulai menghitam dan ia merasakan satu hantaman keras di wajahnya.

Levi segera bangkit dan melihat sekitar, dan ia terkejut ketika mendapati dua orang pria dengan tubuh besar terkikik kepadanya.

"Ahh kau sudah bangun, pengemis kecil?" Tanyanya dengan nada sombong.

Levi menelan ludahnya. "Siapa kalian?" Tanyanya sedikit ketakutan, meskipun ia bisa bertarung karena terbiasa tawuran antar pelajar.

Dua orang pria itu terkekeh, lalu salah satu dari mereka berucap. "Daerah ini tempat kekuasaan kami, jadi kalau kau mau mengemis disini, kau harus berbagi uangnya denganku!"

Levi baru menyadari bahwa mereka adalah preman kota yang sering memalak supir truk atau mungkin orang-orang yang lewat tanpa sengaja.

"Aku bukan pengemis, sialan!" Bentak Levi.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now