Hari Minggu

436 59 12
                                    

Keesokan paginya, Erwin berhasil membujuk ayahnya untuk meminjamkan mereka kompor gas, Farlan, Levi dan Ghunter pergi ke pasar untuk membeli cup ramen dan beberapa makanan untuk di masak, karena pada hari Minggu, semua murid boleh pergi keluar sekolah.

Mereka belanja cukup lama, bahkan sampai siang hari baru mereka kembali, Levi dan yang lainnya membeli banyak telur, mie instan, cup ramen, bahan-bahan untuk membuat roti dan juga beberapa teh yang akan mereka jual.

"Banyak sekali!" Seru Petra.

"Simpan dimana?" Tanya Levi.

Petra menyuruh Levi untuk menyimpan semua barang belanjaan mereka di atas meja, sedangkan Erwin sedang menyambungkan kabel listrik untuk lampu mereka, ia juga sibuk mengatur letak posisi kompor gas, namun akhirnya semua itu selesai dengan cepat.

Levi langsung menghampiri Erwin yang sedang merapihkan lukisan yang tertempel di dinding, karena sebagian ada yang tidak menempel sehingga perlu di beri lem lagi.

"Lukisan yang mau di jual sudah ku beri figura" ucap Levi.

Erwin tersenyum. "Nanti besok tinggal dibawa, kita harus bangun pagi supaya bisa langsung membuka bazar.."

Levi mengangguk. "Oh ya Erwin, tentang lomba ranking satu besok, aku benar-benar takut dan gugup.."

Erwin langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Levi. "Kenapa harus takut? Kalau kamu takut, kamu jadi tidak percaya diri, kamu hanya perlu yakin dan percaya pada diri sendiri bahwa kamu bisa"

Levi menghela nafasnya. "Nanti bagaimana kalau aku dikeluarkan karena tak bisa menjawab saat soal pertama di mulai?"

Erwin tertawa. "Ayolah Levi, kamu terlalu berfikir negatif, biasanya soal pertama akan sangat mudah, sangat-sangat mudah.." ucap Erwin.

"Contohnya seperti apa?"

Erwin menaruh jarinya didagu untuk berfikir. "Hmm.. kalau soal matematika, paling hanya di tanya pertambahan atau perkalian" Erwin membatin mungkin.

"Perkalian berapa?"

"Satu atau dua" lagi-lagi Erwin membatin hal yang sama seperti sebelumnya.

"Benarkah?" Tanya Levi, karena itu terlalu mudah baginya.

Erwin mengangguk. "Kan sudah saya bilang, pertanyaan pertama itu selalu mudah, jadi kamu tidak perlu khawatir" setidaknya ia membuat Levi sedikit tenang.

Levi menghela nafas. "Baiklah, aku percaya padamu.."

"Itu baru kekasihku" ucap Erwin dengan bisikan pelan.

Namun tiba-tiba Petra langsung menghampiri mereka. "Pak Erwin, maaf mengganggu, tentang drama yang akan kita buat bagaimana?" Tanyanya.

Erwin hampir saja lupa karena ia terlalu fokus pada stand bazar, sehingga merupakan pentas drama yang harus mereka ikuti.

"Kita akan latihan setiap malam di kelas, bagaimana?" Usul Erwin.

"Jam berapa?" Tanya Petra.

"Jam enam?" Jawab Erwin. "Sampai jam sembilan malam, bukankah itu waktu yang cukup?"

Petra mengangguk dan bertepuk tangan. "Jauh lebih dari cukup!"

Erwin tersenyum, lalu tiba-tiba didepan bazar mereka, berdirilah Armin Arlert yang sedang memegangi sebuah bento kecil, Erwin yang menyadarinya langsung keluar dari bazar dan menghampiri anak kecil pirang itu.

"Hai Armin, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Erwin, menawari bantuan untuk anak tersebut.

Armin terkejut saat orang yang dicarinya tiba-tiba muncul dihadapannya, lalu dengan gugup ia langsung memberikan bento yang ada ditangannya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang