Rumah Levi

583 83 1
                                    

Perjalanan yang panjang akhirnya selesai dan mereka sampai di tempat tujuan, rumah Levi sangat besar sehingga beberapa pelayan yang ramah langsung menyambut mereka dengan senyuman manis.

Mereka masuk kedalam rumah dan beberapa pelayan langsung menghampiri Erwin untuk membantunya membawa koper.

"Terima kasih.." ucap Erwin.

Pelayan itu tersenyum ramah dan mengangguk. "Dimana saya harus meletakkan koper Tuan Erwin?" Tanyanya.

"Di kamarku saja" sahut Levi.

Erwin menaikan sebelah alisnya. "Kamarmu?"

Levi mendelik. "Kenapa? Kau tidak mau sekamar denganku?"

Erwin segera menggeleng. "Bukan seperti itu, kalau kamu tidak keberatan jika saya berada dikamar mu, tidak apa-apa.."

"Baguslah.." komentar Levi. "Bawa ke kamarku bibi" ucap Levi lagi, hingga akhirnya pelayan itu pergi dan berjalan menaiki tangga.

"Levi, Erwin, bagaimana kalau kita makan dulu, kalian belum sempat sarapan juga kan?" Usul Kuchel.

Mendengar tentang makanan, Levi kembali berantusias. "Boleh saja" ucapnya.

"Ayo ke dapur" seru Kuchel, lalu Levi dan Erwin mengekorinya dari belakang, Erwin menatap kanan kirinya dan ia sangat kagum dengan keindahan tempat tinggal Levi, sayang sekali mereka hanya tinggal berdua didalam rumah sebesar ini, ditambah sekarang Kuchel jarang berada di rumah dan Levi menetap disekolah barunya.

Dapur pun tak kalah besar, Levi menarik lengan Erwin untuk duduk disampingnya sementara beberapa pelayan yang bekerja di bagian dapur tengah menyiapkan makanannya.

"Setelah makan, kalian boleh pergi kemana saja untuk mengisi waktu luang kalian selama liburan" ucap Kuchel, seraya menuangkan teh kedalam dua cangkir lalu menyerahkannya pada Erwin dan Levi.

Drrrtttt Drrrtttt

Ponsel Kuchel berbunyi dan wanita itu segera melihat siapa yang menelpon, lalu mengangkatnya dengan cepat.

Levi memperhatikan ibunya yang tengah mengobrol dengan bos perusahaan tempatnya bekerja, ia berani bertaruh kalau sebentar lagi ibunya akan berpamitan dan pergi menyelesaikan pekerjaannya.

Saat sambungan telepon di tutup, Kuchel menatap Erwin dan Levi dengan wajah menyesal. "Maafkan aku, padahal aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan kalian, tapi pekerjaan ku sangat banyak, sekali lagi aku minta maaf, bersenang-senang lah.."

Lalu setelah mengatakan hal itu, Kuchel berjalan cepat menuju keluar, Levi mendengus kesal memandang ibunya yang sudah menghilang dibalik pintu.

"Selalu saja begitu" gumam Levi.

Ia selalu kesepian saat berada di rumah karena ibunya selalu sibuk, maka dari itu ia selalu bersikap nakal hanya untuk mencari perhatian, bukankah kenakalannya bukan karena kesalahannya sepenuhnya? Ibunya juga salah karena tak pernah meluangkan sedikit waktu hanya untuk mengobrol dengan Levi.

Namun raut wajah Levi sangat mudah di tebak oleh Erwin, begitupun dengan perasaan Levi yang terlihat kesepian dan membutuhkan banyak perhatian, mungkin Erwin bisa menjadi seseorang yang Levi butuhkan.

Makanan sudah disajikan di atas meja, Levi segera mengambil beberapa begitupun dengan Erwin.

"Levi, setelah selesai makan, bisakah kamu mengajak saya berkeliling rumahmu?" Tanya Erwin.

Levi langsung menatap Erwin dan mengangguk. "Tentu saja, aku sudah berencana akan mengajakmu berkeliling rumahku, akan kuberitahukan tempat-tempat rahasia yang tidak pernah diketahui ibuku" kikiknya.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now