Menjaga Erwin

415 56 11
                                    

Edward tampak membicarakan sesuatu dengan Erwin, sesuatu yang sangat serius sehingga perbincangan itu menjadi panjang, kedengarannya tentang sekolah dan tentang ajar mengajar Erwin.

Namun setelah itu Edward harus kembali ke sekolah karena sebentar lagi tahun ajaran baru dimulai dan ia harus mempersiapkan segalanya, ia akhirnya meminta izin pada Erwin untuk pulang terlebih dahulu, mempercayakan anaknya pada Levi yang katanya akan menjaganya.

Mike juga harus ikut pulang saat kepala sekolah memintanya untuk ikut, karena Mike juga sangat dibutuhkan di sekolah, di tambah lagi kini tak ada Erwin yang membantu persiapan penyambutan siswa baru.

Kuchel juga ikut pulang karena ia harus membereskan semua barang Levi untuk ia bawa ke Prancis, jadi yang tersisa di rumah sakit dan menjaga Erwin hanyalah Levi.

Keduanya sedang berada di ruang rawat inap Erwin, dan menonton siaran televisi yang amat membosankan, tidak ada acara menarik dan kebanyakan hanya ada acara kuis.

"Membosankan" akhirnya Erwin berucap, sambil melempar remote televisi ke kursi yang tengah di duduki Levi, Levi yang tengah mengotak-atik handphonenya langsung menatap Erwin.

"Mau kubelikan sesuatu diluar?" Ini bukan pertanyaan, namun tawaran yang jarang sekali di ucapkan oleh Levi.

"Saya ingin keluar Levi" jawab Erwin.

Levi tentu saja menggelengkan kepalanya. "Kau kan sedang sakit, mana mungkin aku membiarkan mu keluar.." ujarnya, sambil melipat kedua tangan didada.

Erwin menghela nafas sambil menidurkan tubuh nya dengan posisi menyamping dan membelakangi Levi. "Saya hanya bosan, sudah empat hari saya disini, saya ingin keluar dan melamar kamu"

Levi samar-samar tersenyum mendengar ucapan pria itu, lantas ia berucap. "Dokter bilang dua hari lagi kamu bisa keluar dari sini, jadi bersabarlah.."

Erwin kembali menghela nafasnya, terkurung dirumah sakit selama seminggu sangatlah tidak menyenangkan, itu membosankan dan ia tak bisa berjalan-jalan keluar.

Levi mengarahkan kamera handphone pada Erwin, memotret pria itu dari belakang lalu meng-upload fotonya di Twitter dengan caption. Pacar yang manja..

Ia tersenyum kecil, lalu kembali memasukan handphone itu ke saku celananya dan beranjak dari tempat duduk untuk menghampiri ranjang Erwin.

"Kamu mau jalan-jalan?" Tanya Levi, yang membuat Erwin berbalik badan dan menatapnya.

"Begitulah.."

"Ya sudah, ayo keluar, tapi jangan jauh-jauh, aku akan memegangi tiang infusnya" ucap Levi.

Erwin tersenyum dan berterima kasih, lalu ia mulai bangkit dan berdiri, Levi menuntunnya sambil membawa Erwin keluar kamar, ia juga mendorong tiang infus Erwin.

Levi membawa Erwin menuju balkon untuk melihat pemandangan kota, saat berada di luar kamar, Erwin bisa menghirup udara segar yang lebih luas ketimbang berada didalam kamarnya selama berhari-hari.

"Erwin, kau tidak lapar?" Tanya Levi.

"Saya belum lapar, kamu lapar?" Tanyanya balik, yang dibalas gelengan kepala oleh Levi.

"Kalau kau lapar, aku akan membelikanmu sesuatu untuk dimakan" tawarnya, entah mengapa semenjak Erwin sakit, Levi menjadi sangat baik kepadanya.

"Tidak Levi, saya tidak lapar" ucapnya, kembali menatap pemandangan kota dari atas, mobil-mobil berlalu-lalang seperti semut-semut kecil, gedung-gedung yang tinggi juga menjulang melebihi tingginya rumah sakit.

Levi menatap wajah pria itu dari samping, Erwin tampak sedikit lebih dewasa dengan kumisnya yang sedikit tumbuh, berbeda dengan Erwin yang ia kenal sebagai guru muda di sekolahnya, jujur saja Levi lebih suka melihat pria itu memiliki sedikit kumis.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Where stories live. Discover now