Gara-Gara Arsen

1.5K 261 16
                                    

Arsen masih terlelap saat Naira pulang dari acara membeli pakaian bayi bersama kedua iparnya. Naira yang mendengar kabar Arsen sedang sakit pun langsung masuk ke kamar dan menemani Arsen disana. Tangan Naira terulur untuk mengganti plester demam yang tadi ditempelkan oleh Arman.

"Ungg..." Arsen sedikit mengerang.

Arsen mengusapkan pipinya ke telapak tangan Naira. Saat Naira ingin menarik tangannya, Arsen menahannya.

"Biarkan begini sebentar," Pinta Arsen.

Arsen kembali terlelap setelah mengucapkan hal itu. Naira sampai tersenyum melihat Arsen yang seperti seekor kucing kecil. Dipikir-pikir lagi, Ardan dan Arman juga memanggil Arsen dengan anak cheetah. Mungkin itu karena mereka melihat Arsen seperti ini. Sedikit menggemaskan.

"Bagaimana bisa kamu begitu tidak adil?" Gumam Naira.

"Kamu menyelamatkanku tapi, kamu juga yang berkali-kali melukaiku walau tidak kamu sengaja," Sambungnya.

Naira menarik tangannya dengan perlahan. Dia kemudian mencari plester demam yang baru dan menempelkannya di kening Arsen. Naira juga menghubungi Reihan. Meminta tolong pada teman suaminya itu untuk membantu menghandle pekerjaan sang suami sementara waktu.

"Cepat sembuh, kak. Nai ke bawah dulu,"

Naira turun ke bawah dan mendengar suara para iparnya di dapur sepertinya mereka tengah memasak. Saat Naira menghampiri, Alesha langsung menarik tangannya untuk ikut bergabung.

"Kata papi, tadi siang kak Arsen minta dibuatkan sup," Ujar Alesha.

Naira mengangguk kecil.

"Plus, Ardan mengatakan dia mau sup yang biasa kamu buat,"

Mata Naira sedikit membulat kaget.

"Sup yang biasa Nai buat?" Tanya Naira.

Ketiga iparnya mengangguk. Naira jadi tersenyum kecil. Bahkan dia tidak sadar kalau pipinya sudah merona. Perlakuan kecil Arsen bisa membuat Naira tersipu, terpesona, dan terharu berkali-kali. Naira mulai membuatkan sup untuk suaminya. Sepertinya untuk makan malam kali ini akan ada banyak lauk di meja makan. Mengingat masing-masing istri memasakan lauk untuk suami mereka dan Alesha memasak untuk sang ayah.

"Oh, Alesha, apa kamu tahu kenapa kak Arsen selalu dipanggil "dek" oleh papi, kak Ardan, dan kak Arman?" Tanya Naira penasaran.

Tangan Naira masih mengaduk sayur untuk melarutkan garam yang baru dia masukan.

"Karena mereka sudah terbiasa," Jawab Alesha.

"Hm?"

Kini bukan hanya Naira tapi, Maura dan Natasha juga sama penasarannya dengan Naira.

"Coba deh kalian hitung perbedaan umurku dengan kakak-kakakku. Agak jauh, kan?"

Ketiga menantu Dimitra itu mengangguk.

"Papi dan mami sempat mengira kak Arsen adalah bungsu di keluarga kami. Karena itulah, kak Arsen selalu di panggil "dek" oleh mereka. Mereka benar-benar sudah terbiasa dengan panggilan itu. Pada akhirnya, aku yang bungsu malah sangat jarang dipanggil seperti itu,"

"Tapi, mereka memanggilmu princess. Itu sama saja dengan mereka meninggikan derajatmu dibandingkan mereka," Ujar Maura.

Naira paham sekarang. Pantas saja, suaminya hanya tersenyum saat dia bertanya. Naira mengambil sendok makan dan menyendokan sedikit kuah sup untuk dia cicipi. Jika rasanya sudah pas, Naira akan mengangkat sup itu dan membiarkan iparnya bergantian menggunakan kompor.

"Astaga!" Pekik Naira.

Naira merasakan beban berat di pundaknya dalam artian yang sebenarnya. Arsen baru saja menabrak dirinya dan memeluk erat badan mungilnya. Naira menunduk untuk melanjutkan mencicipi kuah di sendok dalam genggamannya dan saat itu dia sadar kuah di sendok itu menghilang. Naira langsung menunduk dan melihat lengan Arsen memerah walau hanya pada satu bagian saja.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang