Special Chapter #10

1.6K 175 7
                                    

"Kenapa harus ayahku?"

Esther langsung terkaku saat mendengar pertanyaan itu. Aaric memperhatikan gadis di depannya dengan lekat.

"Uncle bilang... Aku bisa membantu kakak,"

Kening Aaric mengerut. Dia memikirkan maksud dari ucapan Esther. Sampai dia mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

"Apa kamu pernah kesini saat aku baru datang?" Tanya Aaric.

"Aku selalu tinggal disini dan menjadi salah satu pelayan disini. Sampai kakak datang dan tiba-tiba saja kak Luther keluar,"

"Apa yang Luther lakukan padamu?"

Ezel menggeleng kecil. Dia enggan untuk memberi tahu Aaric. Masalahnya, Luther dulu sangat tidak terkendali. Jika Esther sampai dipindahkan dari mansion Kenneth itu artinya, Luther melakukan hal yang gila. Aaric hanya takut Luther sudah berbuat hal yang tidak-tidak.

"Apa Luther...." Tanya Aaric setengah menggantung.

"Tidak. Tidak separah itu," Jawab Esther seolah tahu pemikiran Aaric.

Aaric menatap tajam ke arah Esther meminta anak itu untuk jujur. Lagi pula, Esther baru saja berusia 16 bagaimana bisa dia bekerja di perusahaan milik sang ayah?

"Kak Luther melihatku di dekat kamar kakak. Lalu, dia tiba-tiba saja menahan lenganku. Kakak Luther memelukku erat-erat saat itu. Uncle dan aunty sampai bingung harus bagaimana membuat kak Luther melepaskanku,"

"Lalu? Bagaimana caramu agar terbebas dari Luther?"

"Berdiam di dalam pelukan kak Luther bahkan aku terlelap disana,"

Mata Aaric melebar.

"Yang aku dengar dari aunty, saat aku terlelap, kak Luther menanyakan di kamar mana aku tidur. Kak Luther mengantarku dan menemaniku. Sampai kak Luther terlelap dan saat itu uncle membawa kakak ke kamar kakak sendiri,"

Aaric tahu dia mungkin sangat konyol. Tapi  jujur saja, Aaric memang menaruh hati pada adik tirinya ini. Dia tahu hal itu saat dia kembali berkunjung kesini sewaktu usianya empat belas tahun. Aaric tertarik pada Esther. Karena itulah, saat Esther bersama ibu dan adiknya diusir keluar, Aaric sempat meminta agar mereka diberikan sedikit uang. Setidaknya untuk uang yang cukup untuk kehidupan mereka selama sebulan.

Aaric tidak menyangka, Luther melakukan hal itu untuknya. Luther menegaskan pada ayah dan ibu sambungnya kalau dia menginginkan Esther. Aaric rasa tidak ada salahnya kalau dia menaruh label hak milik pada Esther sekarang. Esther sudah bukan anak-anak lagi. Esther pasti sudah bisa nemilih.

"Ezel..."

"Esther, kak... Ezel sudah tidak ada. Dia mati bersama kecelakaan dulu,"

"Baiklah, Esther..."

Esther menatap lekat ke arah Aaric. Bahkan saat Aaric mendekat ke arahnya. Aaric membungkukkan badannya dengan tangan yang menangkup kedua pipi Esther.

"K-kak?"

Aaric tidak menjawab. Dia hanya semakin mendekatkan kepalanya ke arah Esther. Lagi pula, jika Esther ingin menolaknya, Esther bisa mendorong badannya untuk menjauh. Aaric semakin dekat dengan Esther dan perlahan jarak di antara mereka terkikis. Untuk pertama kalinya, Aaric merasakan bibir seorang gadis dan gadis itu adalah Esther. Lembut. Itu yang Aaric rasakan dan hal itu juga yang membuat Aaric menginginkan lebih. Aaric menyesap dan melumat kecil bibir Esther. Bahkan dia semakin senang saat Esther mengizinjinkannya untuk mengexplorasi mulut kecil itu. Tangan Esther Aaric rasakan ada di tengkuknya. Entah berapa lama mereka bercumbu. Yang jelas saat Aaric menyudahi cumbuannya, Aaric bisa melihat wajah Esther yang sangat merah.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang