Keputusan

1.1K 218 13
                                    

"Aku tidak terlalu tahu bagaimana awalnya, hanya, awal pertama aku bertemu Erin adalah ketika aku bersama kakakku baru saja selesai makan malam. Saat itu Erin berdiri seperti orang kebingungan. Saat melihat kakak, dia langsung menghampiri kami. Dia meminta pertolongan dari kakak. Ku pikir kakak tidak akan menolongnya. Ternyata aku salah. Dia menolongnya. Erin saat itu kerampokan. Kakakku memberikan dia sedikit uang untuk ongkos dia pulang dan mungkin untuk membeli makan malam. Setelah itu dia menghubungi kantor polisi dan meminta agar semua barang Erin ditemukan dan dikembalikan pada Erin dalam waktu dua puluh empat jam,"

Lotta tersenyum saat mengingat bagaimana expresi wajah sang kakak saat itu.

"Belakang aku baru tahu kalau Erin ternyata bekerja di perusahaan kakak. Jabatannya tidak tinggi. Hanya staff resepsionis. Berlanjut dari sana, lama-lama aku dan daddy tahu kalau kakak dan Erin menjalin hubungan. Well, kalian tahu bagaimana perilaku seorang Axeon, kan? Ya, kakakku itu pernah dengan bodohnya "tidur" dengan Erin. Sehari setelah itu dia menyeret aku dan daddy ke gereja untuk menjadi saksi pernikahannya dengan Erin,"

"Kak Xeon dan Erin sudah menikah?" Tanya Arman tidak percaya.

"Sudah. Bahkan kami juga menyiapkan pesta pernikahan. Kalian mungkin akan mendapatkan undangannya jika saja, kami tidak memundurkan pesta itu,"

"Diundur?" Kali ini Ardan yang bertanya.

Lotta mengangguk.

"Erin mengandung. Kami bertiga tidak mau Erin terlalu lelah. Jadi, pesta pernikahannya kami undur sampai nanti saat Erin sudah melahirkan. Kalian mungkin tidak tahu dan tidak akan percaya tapi, saat usia kandungan Erin menginjak tujuh bulan, kekacauan besar terjadi disini. Mansion ini dan semua properti kami di Eropa tidak aman untuk kami semua termasuk Erin. Kami mungkin masih bisa bertahan, tapi, Erin belum tentu. Kakak dengan terpaksa mengirim Erin pulang ke Jakarta. Kakak dan Erin sudah mengikat janji. Kakakku akan datang ke Jakarta dan membawa Erin kembali kesini. Ke mansion ini,"

Lotta menghapus setitik airmatanya. Sungguh jika bukan karena kekacauan besar itu, mungkin Erin masih akan bersama dengan mereka dan Axeon tidak akan seperti sekarang.

"Kakakku terluka cukup parah karena kekacauan itu. Namun, tidak berarti kakakku tidak berusaha untuk menjemput Erin pulang. Bahkan dia langsung memaksakan diri terbang ke Jakarta walau kakinya masih dalam pemulihan. Kakakku bilang Erin akan melahirkan. Kakakku mau menemani Erin. Walaupun dia tahu saat dia sampai di Jakarta, anak mereka mungkin sudah lahir. Sayangnya, beberapa hari setelah kakakku pergi, dia kembali hanya sendiri ke mansion ini. Saat kami bertanya pada tangan kanan kakak, dia mengatakan kalau Erin sudah meninggal. Kami tidak berani bertanya tentang anak mereka. Kami pikir anak mereka ikut meninggal bersama Erin,"

Arsen meremas sandaran sofa yang diduduki oleh Naira. Sementara Naira sendiri menundukkan kepalanya. Naira ingin sekali saja egois. Tapi, Naira tidak bisa. Tidak setelah dia tahu betapa beratnya kehilangan seorang putra. Naira tidak tega jika dia harus membiarkan Axeon terus tersakiti demi kebahagiaan mereka. Tapi, Naira juga tidak mau kalau Zachary harus berjauhan darinya.

"Axeon selalu datang ke Jakarta hampir setiap bulan. Dia selalu mendonorkan darahnya di rumah sakit kalian. Apa kalian tahu itu untuk apa?" Tanya Ansel.

"Untuk Zachary," Arsen menjawab dengan gumaman yang masih terdengar oleh semua orang disana.

Ansel mengangguk.

"Axeon mungkin nampak biasa saja. Tapi, dia selalu datang setiap bulan ke Jakarta walau dia sedang sangat sibuk disini. Dia selalu memastikan persediaan darah untuk Zachary ada disana. Dia takut suatu saat Zachary akan membutuhkan darah yang sama dengannya. Kalian tahu sendiri bagaimana sulitnya mencari golongan darah seperti Zachary di Jakarta,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang