Menjaga Naira dan Adik-Adiknya

5.2K 478 12
                                    

Naira sejak tadi tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Matanya kerap kali menatap ke arah tangannya yang digenggam erat oleh tangan besar Arsen. Belakangan ini Arsen memang agak kelebihan kadar kemanisan. Sejak tadi, Naira membiarkan Arsen menggenggam tangannya dalam posisi pria itu yang sedang mengemudi.

"Kak..."

"Hm?"

"Itu..."

"Apa?"

Naira kebingungan mencari alasan untuk melepaskan tangannya barang sejenak. Dia khawatir apa yang Arsen lakukan dapat mengganggu konsentrasi pria itu dalam mengemudi.

"Aku mau mengirim pesan pada Eren dulu,"

Arsen mengangguk kecil. Dia melepaskan tangan Naira dan membiarkan gadis itu mengirim pesan untuk adiknya. Setelah itu, Naira meletakan kedua tangannya di atas pangkuannya. Arsen menghentikan mobilnya saat melihat mobil-mobil di depannya berhenti. Lampu lalu lintas sedang menyala merah sepertinya.

"Ai..."

"Ya?"

Arsen menengadahkan sebelah tangannya ke arah Naira. Seolah sedang meminta sesuatu dari Naira.

"Kenapa kak?"

Arsen menoleh dan menemukan wajah Naira yang nampak bingung. Arsen akhirnya mengambil tangan Naira dan menggenggamnya. Saat Naira berusaha menolak, Arsen malah menarik pelan tangan itu dan meletakannya di atas pangkuannya.

 Saat Naira berusaha menolak, Arsen malah menarik pelan tangan itu dan meletakannya di atas pangkuannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Diam-diam," ujar Arsen.

"Kakak sedang mengemudi loh..."

"Biar saja. Aku tidak ternganggu kok,"

Naira akhirnya hanya bisa mengangguk. Dia membiarkan Arsen menggenggam tangannya sampai puas. Arsen baru melepaskan genggamannya saat mereka memasuki area parkir. Kebetulan Arsen mendapat parkir di area atas. Jadi, dengan terpaksa, Arsen melepas dulu genggamannya.

"Ayo!" Ajak Arsen saat mereka sampai.

Arsen kembali menggenggam tangan Naira. Dia dan Naira berjalan dengan santai. Sesekali Arsen melempar candaan kecil ke arah Naira. Arsen bahkan tidak segan mengajak Naira masuk ke beberapa toko yang menjual pernak-pernik perempuan.

"Ini bagus,"

"Kak... aku tidak terlalu suka pakai make-up,"

Arsen terkekeh.

"Tapi, warna ini bagus dan ini bukan termasuk make-up,"

"Hah?"

"Ini bisa dikatagorikan produk perawatan tubuh. Ini bukan lipstick tapi, ini lip balm,"

"Dengan warna,"

"Tapi, fungsi utamanya bukan mewarnai bibirmu,"

Merasa kalah argumen, Naira mengangguk saja. Dia membiarkan Arsen membelikan dirinya lip balm. Arsen membayarkan lip balm itu. Setelah membeli lip balm, mereka berjalan menuju toko pakaian. Arsen mengajak Naira ke tempat pakaian hangat.

[DS #3] Save Me Hurt MeWhere stories live. Discover now