Keanehan

5.6K 482 30
                                    

Arsen hanya bisa terdiam kaku saat melihat layar kecil tak jauh darinya. Bahkan dia tidak sadar sudah meremas tangan Naira. Arsen meneguk ludahnya dengan perlahan. Dia menoleh dan menemukan sang istri tengah menatapnya dengan mata berair.

"Selamat, pak! Sudah lima minggu,"

Mata Arsen mengerjap beberapa kali saat mendengar kata lima minggu. Astaga! Anak mereka sudah ada di perut Naira sejak sebulan lalu dan dia baru sadar?

"Lima minggu?" Tanya Arsen.

Dokter itu mengangguk. Dokter itu memberikan resep vitamin untuk Naira dan dia juga menyarankan Naira mengikuti olahraga ringan seperti senam untuk ibu hamil agar pernapasan Naira lebih baik. Naira mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Saat mereka keluar dari ruangan, banyak orang yang memperhatikan Arsen dan itu membuat Naira kesal bukan main.

"Kak... ayo pulang...!" Rengek Naira.

"Kita belum beli vitaminnya..."

"Kakak bisa beli vitaminnya di rumah sakit tempat kakak dinas,"

Arsen mengangguk. Dia berjalan bersama Naira menuju ke mobil mereka. Arsen memang sudah menghubungi Angga untuk menjemput mereka di lobi rumah sakit. Naira masih cemberut dan itu membuat Arsen gemas. Alhasil, Arsen menggendong Naira dan berjalan keluar dengan santai.

Naira sendiri senang-senang saja digendong oleh suami tampannya. Jadi dia bisa menghirup wangi parfum yang melekat di badan Arsen sampai dia puas.

"Sayang... jangan menciumi leherku," pinta Arsen.

"Kenapa?"

"Kamu menyiksaku kalau begitu, sayang..."

Naira terkekeh geli. Dia akhirnya memilih bersandar nyaman di bahu tegap sang suami. Arsen mendudukkan Naira di kursi penumpang. Dia ikut masuk ke dalam dan mereka memilih pulang ke rumah orang tua Arsen lebih dulu.

Menempuh waktu sekitar setengah jam, mereka sampai di rumah orang tua Arsen. Arsen menuntun Naira masuk. Kebetulan disana ada kakak kedua-nya yang datang bersama dengan anak dan istrinya.

"Pi..." panggil Arsen.

Sang ayah menoleh dan tersenyum saat melihat Arsen dan Naira.

"Apa kabar putri papi yang ini?" Tanya Alvaro pada Naira saat Naira memeluknya.

"Baik, pi"

"Apa Arsen jahat padamu?" Tanya Alvaro lagi.

Naira menggeleng kecil.

"Kak Arsen sangat baik, pi. Dia menjaga Naira dan kedua adik Naira dengan sangat baik," ujar Naira.

"Kalau dia nakal beritahu papi. Biar papi jewer telinganya nanti,"

Naira terkekeh kecil. Naira menanyakan makan siang apa yang Alvaro inginkan. Naira mulai masuk ke dalam dapur. Dia mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas. Natasha membantu Naira. Kedua perempuan itu memasak sambil saling menggoda. Satu jam setelahnya makan siang mereka tersusun rapi di meja makan.

"Pi... ayo makan!" Ajak Naira.

Alvaro yang sedang berbincang dengan Arman dan Arsen tersenyum. Dia berdiri dan berjalan bersama kedua putranya. Saat itulah, tiba-tiba saja badan Alvaro oleng dan membuat Arsen juga Arman terkejut.

"Papi!" Panggil kedua anak kembar itu.

Arsen dan Arman langsung berlari untuk menangkap Alvaro.

"Pi... papi baik-baik saja?" Tanya Arman.

Alvaro tersenyum dia menepuk lengan putranya dengan perlahan.

"Papi tidak apa. Hanya sedikit tidak enak badan saja,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang