Istirahat

1.3K 238 21
                                    

Kening Arsen berkerut dalam. Arsen menatap kedua anaknya yang sedang duduk dengan kepala tertunduk. Arsen memang langsunt memanggil Zachary dan Vincent ke ruang kerjanya saat mereka tiba di rumah. Naira sendiri memilih menemani Xaferius di kamar. Menunggui sampai Xaferius bangun.

"Jadi, kenapa mereka melakukan hal seperti itu?" Tanya Arsen.

"Pa... aku sudah bilang, kan? Mereka itu memang rusuh! Mereka suka membully orang. Kebetulan mereka melihatku keluar dari panti asuhan. Mereka langsung berpikir kalau kami bertiga ini bukan anak papa," Ucap Vincent.

Arsen pikir masalah ini sudah selesai tahun lalu. Ternyata anak-anak itu tetap saja mengusik Vincent dan Xaferius. Arsen menghela kecil. Apa dia harus mulai melakukan sesuatu pada mereka? Membuat kedua anak itu menjadi anak yatim piatu mungkin? Arsen menggelengkan kepalanya kecil.

Arsen tidak lagi mau melakukan hal yang sudah lama tidak dia lakukan. Nyatanya, menjaga Zachary sejak anak itu bayi membuatnya menjadi lebih baik. Emosinya sangat stabil bahkan, salah satu dokter yang pernah menanganinya mengatakan dia jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Arsen sendiri merasakan perbedaannya. Dia sudah mulai enggan dan malas mencium bau anyir darah jika tidak sedang bekerja.

"Apa kamu melakukan sesuatu tadi, kak?" Tanya Arsen pada Vincent.

Vincent mengangguk.

"Aku memukul mereka," Ucap Vincent.

"Baiklah. Kalau nanti mereka memanggil papa. Papa akan mengurusnya. Sepertinya merubah susunan guru dan staf di sekolah tidak banyak membantu,"

Arsen berdiri dan mengusak puncak kepala kedua putranya dengan perlahan.

"Sana mandi dan bersiap makan malam,"

Kedua jagoan Arsen berdiri. Mereka langsung berjalan keluar dari ruangan sang ayah. Arsen sendiri hanya menggelengkan kepalanya kala melihat kelakuan anak-anaknya. Arsen melangkahkan kakinya ke kamar Xaferius. Naira masih disana dan menemani si bungsu.

"Xafe belum bangun?" Tanya Arsen.

"Belum. Sejak dia sadar tadi dan kakak memberinya sedikit obat tidur, dia belum bangun lagi,"

Arsen menangguk.

"Kakak ada rencana mau membalas mereka?" Tanya Naira dengan hati-hati.

Arsen duduk di sofa sementara Naira berpindah dari kursi belajar Xaferius menjadi duduk di sebelah Arsen.

"Entah. Aku belum terpikirkan,"

"Kak..."

"Aku serius, Aira. Aku belum terpikirkan mau memberi mereka pelajaran yang bagaimana,"

Naira menyandarkan kepalanya di bahu kiri Arsen. Dia berpikir bagaimana memberikan efek jera pada anak-anak itu. Mereka masih di bawah umur. Tidak bisa diproses secara hukum.

"Orang tua mereka ikut andil, kak?"

"Orang tua mereka selalu menggunakan uang untuk menyogok para guru sebelum ini. Aku tidak tahu dengan karakter guru di sekolah itu sekarang. Mereka semua guru baru tapi, tidak menutup kemungkinan kalau mereka tidak akan menerima uang dari orang tua murid yang bermasalah,"

Naira ikut menghela kecil.

"Kamu mandi dulu saja, sayang. Biar aku yang menunggui Xaferius disini. Lalu, nanti kamu dan anak-anak makan malam duluan saja,"

Naira mengangguk kecil. Dia mengecup sudut bibir Arsen sebelum dia beranjak dari kamar Xaferius. Arsen masih duduk di sofa saat pintu kamar Xaferius tertutup. Tak lama setelah itu Arsen berjalan mendekati ranjang Xaferius dan ikut berbaring disana. Dengan perlahan Arsen memeluk badan Xaferius.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang