Makan Malam

8.4K 538 26
                                    

"Hai..." sapa Arsen.

Naira tersenyum dan menghampirinya. Memang mereka sudah janji akan pergi makan siang bersama. Jadilah, Arsen menjemput gadisnya di kantor sang kakak.

"Kakak sudah lama?"

"Belum. Ayo makan!" Ajak Arsen.

Arsen berjalan bersama Naira. Dia menggenggam erat tangan Naira. Arsen bahkan tersenyum saat mendengar gerutuan Naira tentang beberapa orang di divisi lain yang membencinya karena menganggapnya sebagai pelakor.

"Mengesalkan sekali,"

Arsen mengusap rambut panjang Naira dengan sayang. Dia tersenyum. Dia mengajak Naira untuk masuk ke salah satu warung. Well, walaupun Arsen dokter, dia tetap bisa diajak makan di warung pinggir jalan.

"Kamu duduk dulu. Nanti aku menyusul. Makanannya yang biasa, kan?"

Naira mengangguk. Dia duduk di kursi kosong. Naira memainkan ponselnya dan mulai mendengar ucapan-ucapan nyinyir dari beberapa orang kantor yang juga makan disana.

"Iya, kan?"

"Tapi, bukannya itu adiknya pak Gio, ya?"

"Tetap saja, dia kan menempeli pak Gio terus,"

"Mungkin karena dia pacar adiknya pak Gio,"

"Kalau memang pacar kenapa adiknya pak Gio tidak pernah muncul untuk mengajaknya makan siang,"

Brak!

Naira terlonjak. Dia terkejut saat mendengar gebrakan keras di atas meja itu. Bahkan beberapa orang yang sedang makan sampai tersedak. Naira yang sejak pagi tidak merasa sehat itu tiba-tiba saja merasa udara di sekitarnya menipis.

"Kak..." panggil Naira lirih.

Arsen yang tadi menggebrak meja dan sedang menatap tajam ke arah karyawan perempuan yang menggosip itu langsung mengalihkan pandangannya.

"Astaga!" Arsen terkejut.

Dia langsung berjongkok di sebelah Naira.

"Tarik napas perlahan, Aira,"

"Inhaler-mu dimana?"

"Di tas..."

"Ya, Tuhan!"

Arsen langsung meminta sebuah kantung plastik dari pemilik warung. Dia menyodorkan plastik itu di depan mulut Naira.

"Tarik napas perlahan, sayang..." Arsen menginstruksikan Naira agar pernapasannya lebih baik.

Saat pernapasan Naira membaik sediki, Arsen langsung berdiri dan menggendong Naira.

"Pak, ini pesanannya?" Tanya pemilik warung.

Arsen keluar dari warung itu.

"Angga, tolong uruskan itu," suruh Arsen.

Arsen membawa Naira ke mobilnya. Arsen memang mempunyai inhaler baru di mobilnya. Dia segera membuka dashboard di mobilnya dan menyodorkan inhaler itu pada Naira. Dia menunggu sampai napas Naira benar-benar normal.

"Masih sesak?" Tanya Arsen.

Naira menggeleng namun, badannya masih lemas. Arsen yang berjongkok di sebelah mobil sedannya langsung memeluk Naira. Dia mengusap punggung Naira dengan sayang.

"Kamu pulang saja, ya?"

Naira menggeleng.

"Ya sudah tapi, kamu istirahat dulu, ya?"

Naira mau menolak namun, dia tahu Arsen pasti akan khawatir padanya. Arsen merendahkan kursi yang Naira duduki. Dia mengambil bantal kecil dari kursi belakang dan meletakan bantal itu di kepala Naira.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang