Special Chapter #2 Part 3 (End)

699 88 4
                                    

"Ssshh..."

Arsen mendesis kecil. Tangannya terhenti sejenak sebelum dia lanjut membersihkan lutut sang putra dengan kapas alkohol. Arsen tidak jadi memberikan putranya obat bius. Dia hanya membersihkan dengan perlahan luka-luka di badan mungil putranya itu.

"Unghh!"

"Sshh... Tidur lagi, dek... Ada papa disini,"

Arsen kembali menghentikan kegiatan tangannya. Arsen akhirnya menggunakan tangan kanannya untuk mengusap perlaham rambut sang putra.

"Tidur lagi ya, dek... Tidur yang nyenyak, mimpi yang indah,"

Arsen menunggu sampai Xaferious kembali pulas sebelum dia melanjutkan acara mengobati luka Xaferious, yang tadi tertunda. Setelah selesai mengobati semua luka di tubuh Xaferious, Arsen merapikan semua peralatan dan obat yang sudah dia gunakan. Lalu, setelahnya Arsen duduk perlahan di sisi ranjang yang kosong.

"Maafin papa, ya, dek. Karena papa ninggalin adek, adek jadi luka kayak gini," Bisik Arsen.

Arsen tahu putranya sangat tidak suka rasa sakit. Bahkan Arsen yakin saat nanti putranya terbangun anak itu akan langsung menangis. Arsen melihat tubuh putranya mulai bergerak tidak tenang. Tak lama mata berwarna cokelat tua itu terbuka.

"Hiks..."

Arsen sudah menduganya. Dengan perlahan Arsen menggendong Xaferious untuk dia dudukan di pangkuannya.

"Ssstt... Jangan nangis, dek! Papa minta maaf,"

"Sakit papa..."

"Sakit sekali?"

Kepala Xaferious mengangguk kecil.

"Hush! Hush! Sakit jauh-jauh dari Xafe. Jangan dekat-dekat Xafe!" Ucap Arsen.

Arsen menciumi puncak kepala Xaferious, sementara sebelah tangannya mengusap perlahan punggung Xaferious.

"Mau pulang,"

"Iya. Kita pulang, ya. Adek mau jajan apa? Papa belikan,"

Xaferious menggeleng kecil.

Arsen berdiri dari ranjang dengan perlahan. Dia menggendong Xaferious untuk pulang. Beberapa suster dan dokter jaga disana sedikit kasihan melihat Xaferious yang bahunya sedikit bergetar. Mereka tahu kalau anak bungsu kepala rumah sakit mereka adalah anak yang sedikit manja. Anak itu juga tidak tahan akan rasa sakit. Jika ditanya darimana mereka tahu, jawabannya adalah mereka melihat dengan mata kepala sendiri.

Kejadiannya setahun lalu, saat Arsen membawa ketiga putranya ke rumah sakit. Saat itu ada operasi mendadak dan sang istri sedang dalam masa me time bersama para perempuan Dimitra. Arsen yang tidak mau mengganggu waktu sang istri, memboyong ketiga putranya ke rumah sakit. Lalu, di luar pengawasan sang ayah, si bungsu terjatuh saat bermain kejar-kejaran. Lukanya hanya lebam kecil dan sedikit bejol di kening. Tapi, bungsu Arsen itu menangis dengan keras dan berhasil membuat semua pegawai di sana kalang kabut.

Kejadian itu masih mereka ingat sampai saat ini. Arsen menghentikan kakinya saat dia melihat ada seorang perawat berhenti di depannya. Arsen bisa melihat perawat itu membawa tas kecil berbentuk kucing. Arsen kenal betul tas itu.

"Adek... Coba lihat! Tante Farah bawa sesuatu untuk adek," Ucap Arsen.

Xaferious membalikan badannya hingga kini dia bisa melihat keberadaan suster bernama Farah itu. Suster Farah tersenyum kecil pada Xaferious. Dia mengangkat kantung berbentuk kucing itu.

"Xaferious... Lihat! Tante bawa ini untuk kamu. Ini dari tante dan om perawat," Ucap Farah.

Farah menyerahkan kantung itu pada Xaferious dan diterima dengan baik oleh bocah berusia empat tahun itu. Farah kemudian mengeluarkan sebelah tangannya yang tadi ada di belakang tubuhnya.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang