Special Chapter #2 Part 1

622 83 3
                                    

"Ya... Saya berharap sekolah ini bisa mempertahankan prinsipnya. Kalau tidak saya akan benar-benar menutup sekolah ini..."

Ucapan Arsen terhenti lantaran kaki jenjangnya baru saja di tabrak oleh sosok mungil yang kini tengah memeluk erat kaki kanannya. Arsen yang sedang berbincang dengan kepala sekolah, langsung menunduk dan tersenyum lembut.

"Hai, putra papa," Ucap Arsen.

Tangan Arsen terulur untuk menggendong sosok mungil itu. Dia langsung mengusap punggung si mungil dengan sayang. Arsen juga pamit pada kepala sekolah sebelum pergi dari sana.

"Putra papa, tadi belajar apa saja di sekolah?" Tanya Arsen.

"Umm... Mewalnai. Aku sudah bisa mewalnai mobil tadi,"

"Wah... Hebat sekali putra papa,"

Arsen masuk ke dalam mobil dan dia memangku putranya sambil melepaskan sepatu juga kaus kaki sang putra. Arsen meminta angga untuk menjalankan mobil-nya. Sementara Arsen sibuk menggantikan pakaian milik sang putra.

"Papa..."

"Ya?"

"Mama dan kakak-kakak tidak pulang?"

"Pulang, dek. Mama dan kedua kakakmu akan pulang. Tapi tidak hari ini. Mungkin dua sampai tiga hari lagi,"

"Kenapa?"

"Tante Lisa sedang repot mengurus toko kue-nya yang baru buka. Mama dan kedua kakakmu kesana untuk membantu tante Lisa," Ucap Arsen menjelaskan.

Arsen mengelap tubuh putranya dengan tisu basah sebelum dia mengeringkannya dengan handuk kecil. Arsen juga memakaikan lotion, baby oil, dan bedak, sebelum dia memakaikan pakaian santai pada putranya.

"Selesai. Adek mau makan apa?" Tanya Arsen.

"Mie?"

"Pasta saja, ya? Kamu baru makan mie instan hari minggu,"

Arsen melihat putranya mengangguk kecil. Arsen patutnya bersyukur. Ketiga putranya sangat penurut dan nyaris tidak pernah melakukan apa yang disebut merajuk. Mereka sangat manis sampai Arsen merasa dia akan diabetes karena kemanisan ketiga putranya. Terlebih si bungsu yang sangat menempel padanya seperti perangko.

Tidak percaya? Lihat saja bukti yang sudah terpampang nyata saat ini. Si bungsu lebih memilih ditinggal sendirian dibandingkan ikut dengan sang ibu tapi, tidak bisa berjumpa dengan ayahnya. Bungsu dari Arsen dan Naira memang sangat manja. Walaupun Arsen akui bungsunya sangat pendiam tapi, sifat manja juga dimiliki oleh bungsunya itu. Karena itulah, Arsen, Naira, dan kedua kakaknya sangat gemas dengan tingkah si bungsu.

"Adek..."

Merasa dipanggil, putra bungsu Arsen pun menoleh.

"Tadi, papa diberitahu oleh ibu Esti. Katanya, adek waktu ditanya siapa namanya, adek hanya diam,"

Putra bungsu Arsen mengangguk kecil.

"Kenapa, dek?"

Tidak ada jawaban membuat Arsen mengusap puncak kepala putra bungsunya.

"Papa coba tanya sekarang, ya. Nama adek siapa?"

"Lio Xafelious Kenneth Dimitla,"

"Nah, adek pintar. Kenapa adek tidak jawab waktu ditanya?"

Xaferious, putra bungsu Arsen itu melesakkan kepalanya ke dada Arsen dan dia meremas kemeja yang Arsen pakai.

"Malu," Ucap Xaferious.

"Adek... Kenapa malu? Adek kan pandai, baik, dan tampan,"

Arsen lagi-lagi tidak mendapatkan jawaban. Sepertinya Arsen akan mulai memisahkan kelas Vincent dan Xafe. Xafe akan sangat manja dan bergantung pada kakak kembarnya jika dia tidak dipisahkan dari Vincent.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang