Naira dan Kegemarannya

5.1K 459 79
                                    

Arsen tersenyum dan terkekeh kecil. Di sebelahnya sang kekasih sedang berdebat dengan Alesha, sang adik. Perdebatan mereka sederhana. Tentang cara pembuatan susu yang benar. Arsen sampai bingung harus menjawab apa dan akhirnya membiarkan kedua gadis itu saling berdebat.

"Kak..." rengek kedua gadis itu pada Arsen.

"Kenapa tidak cari di internet? Jujur saja kakak tidak paham soal itu,"

Kedua gadis itu mencebik.

"Atau... tanya kak Ardan dan kak Arman saja. Mereka sudah punya bayi. Jadi, mereka pasti sering membuat susu,"

"Ah! Sebaiknya jangan!" Ujar Alesha.

"Kenapa?"

"Kedua kakak itu malah akan menambah panjang perdebatan,"

Arsen menggindikkan bahunya. Tak lama pintu kamarnya terketuk dan Keannu muncul dari balik pintu.

"Kak," sapa Keannu dan Arsen hanya mengangguk.

"Izin ajak Alesha makan malam sekalian saya antar pulang, ya kak?" Ujar Keannu meminta izin.

"Hn. Jangan ngebut!"

"Siap kak!" Ujar Keannu.

Arsen menggeleng kecil melihat kelakukan anak itu. Alesha memeluknya sesaat sebelum mengecup pipinya.

"Alesha pulang dulu. Sampai jumpa besok,"

"Hati-hati di jalan," ujar Arsen.

Setelah adiknya pergi, Arsen menatap Naira dan tersenyum pada gadis itu.

"Ai..."

Naira menoleh. Arsen menepuk sisi ranjangnya setelah dia bergeser sedikit. Naira berpindah duduk menjadi ke sebelah Arsen. Arsen langsung memeluk Naira.

"Aku kangen," ujar Arsen.

"Iyalah kangen. Hampir dua bulan kakak tidur terus,"

Arsen diam saja. Dia menghirup wangi sampo gadisnya yang sangat menenangkan. Dia menyukainya. Arsen membiarkan Naira tetap berada di pelukannya sampai suster mengantar makanan untuknya.

"Suapi," rengek Arsen.

Naira terkekeh dan mengangguk. Dia mengambil sesuap bubur dan menyodorkannya ke arah Arsen.

"Harus banget bubur ya?" Tanya Arsen.

"Kakak belum boleh makan makanan keras, berminyak, pedas, bersantan,"

Arsen terpaksa membuka mulutnya. Dia memakan bubur itu dengan setengah hati. Arsen tidak terlalu suka bubur. Setelah bubur selesai Arsen makan, Naira meletakan bubur itu di nakas. Dia menyandarkan badan dalam rangkulan lengan Arsen.

"Kata tante Bianca, lengan kakak sudah lebih baik,"

Arsen mengangguk.

"Aku kemarin ketemu kembaran mama-nya kakak,"

"Lalu?"

"Aku kaget. Kakak tidak pernah cerita tentang tante Alexis,"

"Aku tidak dekat dengannya. Sejak kecil dia menakutiku,"

"Hah?"

"Sayang... aku itu dulu sangat lemah. Karena itu, sampai sekarang papi dan kedua kakak kembarku itu sangat berlebihan jika aku sakit,"

"Benarkah? Tidak terlihat,"

Arsen diam sejenak. Dia mengusap rambut Naira.

"Kata mami, sewaktu kami bertiga lahir, aku dan kak Arman yang jaraknya sangat dekat. Jadi, mami kesulitan saat melahirkan aku. Tante dari papi mengatakan aku mungkin akan lebih lemah dibanding kedua kakak-ku. Tapi, asal terus dijaga dengan baik, aku akan lebih baik,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang