Special Chapter #9

1.3K 179 4
                                    

Aaric menikmati sarapannya dengan tenang. Dia menghiraukan tatapan dari banyak mata yang mengarah padanya. Hanya Evony saja yang asyik dengan sarapannya. Aaric meletakan alat makannya saat dia sudah selesai. Aaric membersihkan sudut bibirnya dan dia meminum air di gelas yang ada di depannya.

"Boleh aku bertanya kenapa kalian menatapku seperti itu?" Tanya Aaric.

"Itu... Aku mau berterima kasih," Ucap Vincent.

Aaric hanya mengangguk.

"Jadi, apa kamu mau pulang ke rumah?" Tanya Arman.

Aaric langsung melirik ke arah Evony. Aaric meminta pelayan membawa Evony ke ruang bermain.

"Sepertinya tidak," Aaric menjawab saat Evony sudah sepenuhnya keluar dari ruang makan.

"Kenapa?" Tanya Vincent.

"Kakak masih marah pada kami?" Tanya Vincent lagi.

"Tidak... Bukan itu..."

"Lalu?"

Aaric menghela kecil.

"Hanya ada satu tubuh dan tubuh ini sudah dikenal dengan nama Aaric Luther Eginhardt. Kalau tiba-tiba Aaric menghilang dan muncul dengan nama Zachary apa yang akan orang-orang pikirkan?"

Penjelasan dari Aaric membuat Arsen tidak bisa mengelak. Memang apa yang Aaric katakan benar adanya.

"Sebenarnya, bisa..." Ucap Axeon.

Aaric menatap ke arah Axeon.

"Double body milikmu mungkin harus digunakan sekarang?"

"Dad... Jarak Jerman ke Jakarta tidak sama dengan jarak Hamburg ke Berlin! Mau bagaimana pun sulit untuk menjadi dua orang,"

"Well, aku masih sehat dan masih bisa memimpin perusahaan kita. Kamu bisa menjadi dokter dan tinggal di Jakarta. Kapan pun kamu bosan, kamu bisa kembali kesini. Satu private jet sudah berpindah nama menjadi milikmu, bukan?"

"Lalu, catatan perjalanan-ku bagaimana?"

"Untuk sementara bisa diatur,"

Aaric memijat keningnya.

"Atau... Kamu harus memilih mau menjadi siapa,"

"Huh?"

"Kita akan "membunuh" salah satu dari kalian. Entah itu Zachary atau Aaric,"

Aaric semakin bingung. Aaric sudah mulai kehilangan fokusnya.

"Aaric... Tidak ada Luther dalam pembicaraan kali ini!" Pinta Axeon.

"Daddy butuh jawaban Aaric bukan Luther," Ucap Axeon lagi.

Perlahan tatapan Aaric kembali. Axeon memang sudah hafal dengan perubahan Aaric dan Luther. Karena itulah, Axeon tahu kapan Luther akan mulai mengambil alih.

"Dad..."

"Tidak, son. Kamu harus membiasakan untuk menjawab pertanyaan itu sendiri,"

"Mutter..." Panggil Aaric meminta pembelaan.

Untuk kali ini Greta tidak bisa membantu. Bahkan Axeon sudah sengaja membuat Greta duduk berseberangan dengan Aaric. Aaric sudah harus mulai membiasakan diri dengan keluarganya kembali. Agar Aaric tahu dan paham kalau keluarga Dimitra juga keluarganya dan tidak akan melukainya.

Axeon mengalihkan tatapannya ke arah Arsen. Dia menunjuk Aaric dengan tatapan matanya. Arsen langsung berdiri dan menghampiri Aaric.

"Papa tidak masalah kalau kakak mau menetap disini dengan nama Aaric. Bagi papa, Aaric atau pun Zachary, kakak tetap anak papa dan mama," Ucap Arsen sambil mengusak rambut Aaric.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang