👑-33) A Roaring Engine

161 46 0
                                    

Masih dilatar yang sama, ruangan dansa Pomefiore. Satu persatu siswa kini diperintahkan untuk bernyanyi solo agar Vil bisa menilai mereka. Dan kini adalah bagian Epel.

"♪itsuka ringo no yoona aka kuchiteku♪"

"♪dare mo koerarenai~⁠♪"

"Ugh! Tidak, tidak. Hentikan musiknya!" Musik berhenti bersamaan dengan Epel yang berhenti bernyanyi karena protesan dari Vil.

"EPEL." Vil berteriak ketika mengatakan nama dari pria itu. "I-iya pak!" Dengan gugup dan perasaan takut yang bercampur aduk Epel menjawab.

"Apakah Kau tidak belajar apa pun dari pelajaran baletmu? Aku tidak mengatakan apa-apa tentang bertindak setengah hati! Jangan hanya menyanyikan kata-kata tanpa memikirkan artinya. Lagu ini lebih dari sekedar basa-basi." Vil mengkerutkan dahinya sambil memarahi Epel.

"Tapi ini yang paling 'menawan' yang bisa aku keluarkan..."

"Menjadi menawan adalah masalah lain. Apa menurutmu itu cukup untuk menjatuhkan Neige? Sekarang, ulang dari awal!"

"...Nnngh! Tidak..." Epel bergumam kemudian menatap Vil dengan tatapan marah "Aku TIDAK ingin menjadi imut!"

"Aku tidak pernah ingin berada di Pomefiore sejak awal. Dan aku juga tidak ingin bersaing di VDC! Aku tidak datang ke Night Raven College untuk menyanyi dan menari! Aku datang ke sini untuk menjadi lebih kuat! Aku tidak ingin menjadi bunga kecil yang cantik. Aku ingin menjadi BESAR! Dan kuat! Dan KERAS!" Teriakan Epel bergema diruangan ini.

Vil terkejut mendengar teriakan dan perkataan Epel "Sulit dipercaya. Sebagian besar dari kita tumbuh dari amarah pada saat kita berusia tiga tahun. akau berbicara tentang menjadi 'menawan' dan 'kuat' seolah-olah keduanya saling berkebalikan ...padahal sebenarnya keduanya adalah bentuk kekuasaan yang sama-sama valid. Selama Kau gagal membuat perbedaan itu, Kau tidak akan pernah cocok denganku." Jelas Vil tak mau kalah.

"Oh? Berhenti berbicara seolah-olah Kau lebih baik dari orang lain! Aku keluar dari tim!" Epel berteriak dengan ekspresi marah dan kesal bercampur aduk diwajahnya.

"APA?!"

"Hmph. Apakah itu fakta? Baguslah. Aku yakin sudah waktunya untuk yang biasa, kalau begitu." Ucap Vil sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Yang 'biasa'?" Lupi bergumam. Mendengar gumaman-nya Rook memegang bahu adik kelasnya tersebut dan berkata "Jangan khawatir, Trickster. Ini bukan perkelahian."

"Ini bukan?" Lupi bertanya kembali

"Amati saja."

"Lanjutkan, Epel. Keluarkan magical pen mu." Ucap Vil angkuh.

Seperti yang Vil katakan, Epel mengeluarkan magical pen nya, begitu juga dengan Vil.

Epel berlari kearah Vil dengan magical pen nya yang sudah siap untuk menyerang Vil "Keluarlah! Air!"

Sihir itu dihilangkan dengan mudah oleh Vil, kemudian dengan angkuh pria itu mengunci gerakan Epel dan dengan kasar membuatnya terjatuh dilantai.

"Agh..." Pria mungil itu memegang perutnya sambil meringis kesakitan "Dan begitulah. Aku menang, seperti biasa. Seperti berdiri, Kau tidak imut atau kuat. Kau hanyalah apel biasa, tanpa racun apa pun. Kau tidak akan pernah mendaratkan satu pukulan pun padaku." Ucap Vil meremehkan.

Kemudian ia menambahkan kalimatnya sendiri "Dengar, Epel. Aku mengatakan ini pada hari pertama kita bertemu, dan aku akan mengatakannya lagi. Jika Kau ingin menjadi diri sendiri, jadilah kuat dan cantik terlebih dahulu. Hentikan amukan kekanak-kanakan ini dan kembali berlatih."

"S-sialan... Aku hanya... Aku..." Epel menahan kalimatnya dan mencoba berdiri sambil mencoba menyembunyikan air matanya yang tak lagi terbendung kemudian berlari dari ruangan itu.

Twisted Wonderland: EphemeralWhere stories live. Discover now