💀-57) A Lion And A Snake

89 22 0
                                    

Leona dan Jamil melangkahkan kaki mereka dimenara kedua. Iris hitam Jamil terpaku oleh lubang menuju underworld yang sangat dalam "Sangat dalam, terlihat tak berujung... Mereka menyebutnya Tartarus ya? Aku bertanya-tanya seberapa jauh itu benar-benar pergi." Gumamnya

"Mereka mengatakan 12 adalah level terdalam, tetapi siapa yang tahu berapa banyak lapisan yang dimiliki setiap level. Hei, berikan aku salah satu blingmu sebentar." Leona membuka tangannya kearah Jamil untuk mengisyaratkan Jamil untuk memberikan yang ia pinta.

"Hah?" Jamil terdiam sebentar "Ah, tentu." Dengan pikiran yang kebingungan, Jamil melepas satu bling dari salah satu kepangannya kemudian memberikannya kepada Leona.

Leona yang sudah mendapatkan apa yang ia inginkan langsung melempar bling itu kelubang tartarus.

Semuanya jadi sunyi, Leona masih menunggu suara dari jatuhnta benda itu tetapi tak kunjung terdengar "Aku tidak mendengarnya jatuh... Sepertinya kita berurusan dengan setidaknya 50 lantai di sini."

Jamil hanya melihat Leona kesal "Benarkah? Kau tidak bisa menggunakan sesuatu yang lain?"

"Kau bisa menolak, ya? Jangan terlalu meributkan hal-hal sepele."

Jamil tersenyum sarkas "Aku jamin, aku tidak jengkel. Aku senang itu membantu."

"Omong-omong, kita perlu mendapatkan Anti-Phantom Arms untuk saat ini." Jamil mengganti topik "Katanya ada di hanggar lantai 6 kan?" Balas Leona.

Jamil mengangguk "Seharusnya ada lift di dekat situ Ah, itu dia." Pria dengan surai hitam panjang itu berjalan kearah lift yang diikuti oleh seekor singa di belakangnya.

Suara deruan mesin terdengar ketika mereka berdua sampai tepat didepan lift, Leona menatap lift itu dengan tatapan curiga "Pintu terbuka segera setelah kami sampai di sini,!Mereka memprovokasi kita."

"Kalau tidak salah, Ortho sedang mengendalikan semua yang ada di fasilitas itu sekarang..." Jamil terdiam sejenak sampai akhirnya melanjutkan perkataannya "Ini jelas jebakan. Ini berbahaya, jadi tolong tetap di belakangku."

"Ayo pergi." Leona mengabaikan Jamil dengan santainya dan memasuki lift itu tanpa ragu.

Jamil yang terkejut mendengar hal itu sontak mengikuti Leona dari belakang "Hah? Senioe Leona, tunggu! Jangan sembrono!"

"Selamat datang di Menara ke-2! Anda sekarang akan mulai melintasi Tartarus, Suaka Terkutuk!" Ortho muncul seketika Jamil dan Leona memasuki lift dengan bentuk hologramnya.

"Aku tahu dia akan ada di sini..." Gumam Jamil.

Senyum Ortho luntur seketika "Boo, kalian membosankan. Kalian bisa saja berpura-pura terkejut."

"Maaf, tapi robot agak sulit dibaca oleh manusia." Balas Leona.

Ortho terkekeh sejenak mendengar balasan Leona "Robot ya."

"Baiklah, aku akan menyiapkan sesuatu yang lebih mengejutkan untuk Kalian lain kali. Ta-da!" Ortho memunculkan layar proyeksi didinding yang bergambarkan awalan game dari game Hydra's Revenge.

"Apakah Kalian dapat melewati uji coba yang telah aku siapkan untuk Kalian?

"Hal yang membuat kita bermain lebih awal?" Tanya Leona.

Ortho mengangguk "Yup, tes pertama Kalian adalah menyelesaikan level! Kalian akan mendapat kesempatan untuk menantang kami jika Kalian menyelesaikan permainan."

"Sekarang, sepanjang masa? Apa yang kau rencanakan?" Dengan sinis Jamil menatap robot itu.

Ortho kemudian mengeluarkan kontroler dengan sihirnya dan dengan sigap Jamil mengambilnya "Aku akan memainkan babak ini untuk kita. Senior Leona."

Twisted Wonderland: EphemeralWhere stories live. Discover now