💀-65) Contradictory

63 20 0
                                    

"Memulai Mode Hemat Energi. Verifikasi sidik jari, autentikasi suara, atau pengisian daya ajaib harus dilakukan di rintisan." Jamil menekan tombol hemat daya yang berada digagang tombak.

"Aku akan memegang tombaknya untuk kita, Senior Leona." Ucap Jamil kepada Leona yang ditolak tegas olehnya "Tidak."

Jamil tersenyum "Tidak perlu malu."

Sementara Leona yang mendengar itu hanya memutar matanya malas "Aku tidak bisa mempercayakan hal sepenting ini padamu padahal aku tahu kita bisa disergap kapan pun."

"Pertarungan itu seharusnya juga mempengaruhimu, Senior. Tolong serahkan ini padaku." Balas Jamil masih mencoba membujuk Leona.

"Kau harus berhenti menyela dalam segala hal!"

"Menyela? Aku hanya mencoba membantu!"

Tak sempat kedua singa dan ular itu melanjutkan argumen mereka, beberapa— tidak, banyak Phantom kini muncul mendekati mereka dari segala arah.

"Jumlah mereka sangat banyak! Kaumembocorkan posisi kami, Senior Leona." Ujar Jamil cemberut menyalahkan Leona "Diam! Jika Kau punya waktu untuk mengeluh, Kau punya waktu untuk melawan. Aku tidak melindungimu lagi." Balas Leona ketus.

Jamil dan Leona kini mulai menyerang para Phantom itu, tetapi setelah sudah beberapa saat mereka selesai mengalahkan satu Phantom, Phantom lainnya akan datang kembali.

"Mereka tidak ada habisnya..." Dengan terengah-engah Jamil bergumam "Apa mereka mengincar kelemahan kita?!" Jamil berasumsi.

"Manusia lemah di sini! Disini!!" Salah satu Phantom mengejek Jamil "Urk... Menjauhlah!"

Leona yang melihat itu hanya mendecih kesal "Tch." Kemudian Leona membantu Jamil menghabisi semua Phantom yang tersisa.

"Aku bilang aku tidak akan membantu, tapi kamu terlihat sangat menyedihkan. Aku harus berinteraksi. Bukankah itu baik dariku? Kau bisa menangis dan berterima kasih kepadaku jika Kau mau." Pria itu menyeringai.

Sementara Jamil hanya menatapnya aneh dan kesal "Apa itu? Tidak, membuat alasan sekarang hanya akan memperburuk keadaan. Terima kasih atas bantuanmu."

"Lain kali aku akan melakukan yang terbaik untuk lebih membantu."

Leona menghela nafasnya "Lihat, itu hanya masalahku. Sudah kubilang jangan terlalu sombong. Tapi karena Kau tidak mengerti, aku langsung saja. Kau tidak perhatian atau bijaksana. Kau hanya mengganggu." Ucap Leona blak-blakan.

Jamil yang mendengar itu hanya tersentak tak berkata apa-apa.

"Apakah Kau benar-benar berpikir Kau akan mendapat kesempatan untuk bersinar ketika aku di sini? Bahwa Kau cukup baik untuk melindungiku? Cukup percaya diri untuk menjadi Wakil Ketua asrama, bukan?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan kepada Jamil.

"A-aku akui aku tidak punya banyak pengalaman sebagai pemimpin, tapi—"

Leona memutar matanya "Alasan lagi? Hah! Itu kaya. Aku yakin aku bisa menebak apa yang ada di pikiranmu. "Dunia baru saja tidak adil, dan aku belum mendapatkan pengakuan yang layak aku dapatkan." Kau selalu memandang rendah orang-orang di sekitarmu. Betapa sengsara."

"Apa... Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan." Jamil bergumam sambil diam-diam menatap Leona dengan sinis.

Tentu saja Leona mengetahui tatapan Jamil kepadanya, tetapi dia lanjut berkata "Selain aku dan Vil, Ketua asrama tahun kedua itu jauh lebih kuat dibandingkan denganmu."

"Riddle secepat cheetah saat merapal mantra, dan dia memiliki kekuatan yang cukup dan senjata untuk memimpin seluruh pasukan. Kekuatan dan kepribadiannya adalah pedang bermata dua, tapi... Dia punya kebanggaan sebagai seorang pemimpin, dan itulah yang membedakanmu." Jelas Leona belum selesai.

Twisted Wonderland: EphemeralWhere stories live. Discover now