Diatas langit ditengah teriknya siang matahari, terlihat tiga penyihir yang sedang menaiki sapu terbangnya-maksudku, hanya dua sapu terbang, karena satu penyihir lagi tak bisa menggunakan sihir.
"Langit biru, sinar matahari yang hangat... Hari yang luar biasa untuk terbang!" Seru pria dengan potongan bob itu dramatis "Y-ya, cukup..." Balas yang bersurai ungu pastel itu gugup.
"Kau terlihat sangat buruk untuk dilihat, Epel sayang. Apakah perjalanan jarak jauh telah merugikanmu?" Tanyanya.
"Ada sedikit, tapi... Wow, Aku telah melihat beberapa hal..." Ucap Epel menggantungkan katanya.
Rook memiringkan kepalanya bingung "Maaf?"
"Segala sesuatu tentang vila keluargamu hanya... Mereka benar-benar sesuatu!" Seru Epel.
Rook tersenyum "Oh, betapa megahnya! Jika Kau mau, Kau bisa datang dan berkunjung kapan saja."
Epel menggelengkan kepalanya "Tidak, vila mewah seharusnya menghibur orang-orang mewah... Aku tidak bisa masuk begitu saja... Kamu setuju denganku, kan, Lupi?" Tanya Epel kepada Lupi.
"Tentu, makanan disana luar biasa. Lain kali aku harus membawa banyak toples jika berkunjung." Jawab Lupi.
Jawaban Lupi membuat Rook tertawa "Ha ha ha! Kalau begitu, mari kita undang Vil dan siswa NRC lainnya ke pesta piyama. Saudara-saudaraku sering mengunjungi vila, tetapi jika aku menghubungi mereka sebelumnya, maka mereka pasti akan mengakomodasi kita."
"Astaga! kita mendekati koordinat." Seru Rook tiba-tiba
"Island of Woe disekitar sini?" Tanya Lupi membuat Rook mengangguk sebagai respon "Benar. Mari kita coba dan lebih dekat."
Rook kemudian menggerakkan sapu terbangnya dengan cepat kemudian berhenti disebuah permukaan laut.
"Apa? Aku tidak melihat tanda-tanda tanah di dekatnya. Apakah kita benar-benar berada di tempat yang tepat, Senior Rook?" Tanya Epel ragu.
Dengan serius Rook menjawab "Aku tidak ragu. Vil dan yang lainnya ditahan di sini!"
✦ · · · ──── · · · ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Wonderland: Ephemeral
FanfictionLupian Althena, Siswa SMA yang putus sekolah yang menjalani harinya dengan bekerja disebuah kedai kafe dekat apartemennya demi menghidupi dirinya sendiri yang notabene sebatang kara. ia selalu mengira bahwa hidupnya akan terus seperti itu sampai ia...