Part 01

195 39 39
                                    


Dentuman suara musik yang menggema disertai gemerlapnya lampu The Loins Club menemani tiga sahabat yang sedang duduk di salah satu meja VIP di sudut ruangan. Tapi keramaian dari Club tersebut tidak bisa mengalihkan pikiran laki-laki bertopi putih yang duduk melamun. Entah apa yang membuat dirinya termenung dalam diam ditengah keramaian itu.

"Bro mau main Uno nggak?" tanya laki-laki bertopi hitam. Lelaki bertopi putih tersebut menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Temen lo kenapa? Diem-diem aja." ucap laki-laki berhoodie abu abu.

"Mau nikah dia," jawab laki-laki bertopi hitam itu asal.

"Ck! Nope!" sanggah laki-laki bertopi putih dengan suara ketus dengan wajah datarnya.

"Sialan Jer," ujar laki-laki berhoodie abu-abu disertai dengan suara tawa kecil.

"Gue heran deh sama temen lo yang satu itu. Kalo bahas tentang nikah atau cewek selalu ngebantah dia." celetuk Jeremy Jabral.

Yap laki-laki bertopi hitam adalah Jeremy Jabral. Dan laki-laki berhoodie abu-abu adalah Jeno Ibran, mereka berdua merupakan teman seperjuangan laki-laki bertopi putih tersebut.

"Jangan-jangan temen lo..." Ucap Jeremy menggantungkan kalimatnya.

"Ck, nggak sialan!" bantah Hamish sambil memukul kepala Jeremy dan disambut dengan kekehan dari Jeno. Jeno kadang heran dengan pikiran temannya yang satu itu, benar-benar sangat diluar nalar.

"Ziy, lo kenapa sih?" tanya Jeno pada Hamish yang sedari tadi hanya diam.

Yah, laki-laki bertopi putih tersebut adalah Hamish Ziyev. Siapa yang tidak tahu Hamish Ziyev? Pemain Sepak Bola terkenal di Liga Utama Inggris dengan nomer punggung 22 dengan pesona yang luar biasa. Bagaimana tidak? Laki-laki berdarah campuran Maroko-Belanda dengan tinggi 180cm itu, mempunyai manik coklat yang indah nan tajam dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir pink merona disertai brewok yg tercukur rapi, membuat seluruh wanita yang memandangnya terpesona.

"Nggak papa, pengen ngelamun aja." jawab Hamish sembari merubah raut wajahnya.

"Emang rada-rada nih bocah," dengus Jeremy dengan jengkel sembari melempar kartu uno yang dipegangnya.

"Santai bro!" ucap Jeno dengan wajah mengejek Jeremy yang kalah bermain uno dengannya.

"Lo tau cara main uno nggak sih Jer? Lawan Jeno aja kalah!" ucap Hamish sambil terkekeh. Walaupun dari tadi dia diam mematung, tapi dia memperhatikan Jeremy dan Jeno bermain Uno.

"Ayo, kita main bertiga." lanjut Hamish.

Akhirnya dengan kekesalan yang tiada tara Jeremy membereskan kartu Uno untuk mereka bertiga bermain. Setiap orang memegang lima kartu. Waktu berselang lima menit, Hamish sudah mengakhiri permainannya karena dia menang. Tersisa Jeremy dan Jeno, duel yang menegangkan. Jeno bermain dengan tiga Kartu sedangkan Jeremy bermain dengan lima kartu.

"Gue menang lagi," ucap Jeno dengan tawa kemenangannya diiringi Jeremy yang menggerutu dengan wajah kesal.

"Sini lo!" seru Hamish sembari memegang tangan kanan Jeremy dan Jeno memegang pundak Jeremy.

"Aduh! Sakit banget woi!" ringisan Jeremy terdengar ketika Hamish dan Jeno menyentil telinga Jeremy. Ya karena perjanjian awal, siapa yang kalah bakal disentil telinganya.

"Gitu aja sakit, lebay amat lo!" ucap Jeno terkekeh.

"Ye, lo aja kalo digituin juga bakalan kesakitan, terus nanti lo ngadu ke ayang lo, nye nye nye." ucap Jeremy kesal. Jeno mendelik sebal kearah Jeremy, karena percuma saja jika dibalas dengan kata-kata tidak akan ada ujungnya. Sedangkan Hamish hanya tertawa melihat tingkah keduanya.

Twenty Two From LondonWhere stories live. Discover now