part 59

22 3 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Keesokan harinya.

"Mau keluar jalan-jalan?" tanya Hamish.

"Astaghfirullah, Hamish! Kau mengagetkanku saja!" ucap Aleena sambil mengusap dada nya. Bagaimana tidak kaget, jika Hamish bertanya tepat dari belakang dirinya yang sedang menyiapkan sarapan untuk pagi ini.

"Maaf, Leena... Jadi, kau mau pergi jalan-jalan?" tanya Hamish, lagi.

"Hm, aku ingin pergi ke suatu tempat." sahut Aleena.

"Suatu tempat?" tanya Hamish.

"Ya, kau mau ikut?" tanya Aleena balik.

"Ikut kemana, aunty?" tanya Elzam yang tiba-tiba datang menghampiri mereka membuat Hamish mendengus kesal. Kenapa sepagi ini Elzam sudah mengganggu nya? Sudah cukup kemarin seharian Elzam menguasai Aleena. Bahkan, semalam dengan seenaknya Elzam meminta tidur bersama dengan Aleena. Sungguh terlalu bukan?

"Anak kecil nggak boleh kepo. Sudah sana, siap-siap sekolah." sahut Hamish.

"Cih, aku bertanya pada aunty Aleena. Mengapa paman yang jawab? Tidak sopan." Balas Elzam dengan nada tak bersahabat.

Aleena menghela nafasnya. Bisa depresi dirinya jika terus mendengar pertengkaran kecil antara Hamish dan Elzam. Lagipula Hamish mengapa meladeni anak kecil seperti Elzam yang tentunya tidak akan ada yang mengalah. Huft,...

"Sudah ya, kalian lebih baik pergi saja. Menonton televisi atau berolahraga. Jangan menggangguku lagi!" ucap Aleena dengan tegas membuat Hamish dan Elzam terdiam.

Tanpa berucap kata, Hamish dan Elzam meninggalkan Aleena. Aleena menghela nafasnya lega.

"Kau tidak apa-apa, nak?" tanya Aicha.

"Ah, aku baik-baik saja bi." jawab Aleena sambil tersenyum tipis.

"Kau harus terbiasa dengan keadaan keluarga kami, nak Aleena. Memang beginilah keluarga kami. Tiada hari tanpa keributan kecil. Entah itu siapa yang memulai duluan, tapi aku bersyukur karna biar gimana pun mereka tetap saling merangkul dan menyayangi satu sama lain." Ucap Aicha membuat Aleena berpikir tentang hubungan dirinya dengan Alana. Saling merangkul dan menyayangi? Ah, itu tidak pernah Aleena rasakan. Yang ada hanya saling berambisi untuk mencapai sebuah kesuksesan. Tidak ada hangatnya keluarga. Yang ada hanya keterdesakkan yang kadang membuat Aleena muak. Contoh hal nya adalah Alana mencoba menjodohkan dirinya dengan Alex bahkan meneror dirinya. Kakak macam apa yang meneror adik nya sendiri?

***

Jeremy termenung saat memikirkan ucapan yang ia dengar dari mulut Alex semalam.

Jeremy kembali ke dapur. Memastikan nomor ponsel yang tertera di ponsel milik Alex apakah sama dengan nomor ponsel milik Jeno?

"Huh, masih ada." ucap Jeremy saat melihat ponsel milik Alex yang masih tergeletak di atas meja pantry.

Jeremy membuka ponsel Alex. Sialnya di password. Jeremy mendengus. Namun, notifikasi pesan masih tertera di layar ponsel Alex. Segera, Jeremy menyamakan nomor tersebut ke nomor milik Jeno. Seketika Jeremy terdiam. Tugas apa yang Jeno lakukan?

"Sudah lancang, hm?" tanya Alex yang tiba-tiba datang.

"Tidak ibunya, tidak anaknya. Sama-sama lancang." ucap Alex lagi.

Alex merampas ponselnya yang berada di tangan Jeremy. Tertawa puas saat ia melihat notifikasi yang dikirimkan oleh Jeno. Menatap remeh ke arah Jeremy.

Twenty Two From LondonWhere stories live. Discover now